KANAL24, Jakarta – Kebijakan keringanan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor pada Jumat (12/2/2021) menjadi sentimen positif dan mendorong mayoritas saham emiten otomotif menguat dalam tiga hari terakhir.
Pemerintah menetapkan keringanan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor yang akan mulai berlaku mulai 1 Maret 2021 nanti.
Insentif tersebut diberikan untuk kendaraan bermotor pada segmen kendaraan dengan cc < 1500 yaitu untuk kategori sedan dan 4x2. Pemberian insentif ini akan dilakukan secara bertahap selama 9 bulan, dimana masing-masing tahapan akan berlangsung selama 3 bulan.
Insentif PPnBM sebesar 100% dari tarif akan diberikan pada tahap pertama (Maret-Mei), lalu diikuti insentif PPnBM sebesar 50% dari tarif yang akan diberikan pada tahap kedua (Juni-Agustus), dan insentif PPnBM 25% dari tarif akan diberikan pada tahap ketiga (September-November).
Besaran insentif ini akan dilakukan evaluasi setiap 3 bulan. Instrumen kebijakan akan menggunakan PPnBM DTP (ditanggung pemerintah) melalui revisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK), yang ditargetkan akan mulai diberlakukan pada 1 Maret 2021.
Insentif fiskal ini akan berdampak pada penurunan harga mobil yang diharapkan mampu mengerek permintaan oleh konsumen dan harga saham emiten otomotif. Data RTI menunjukkan mayoritas harga saham emiten otomotif mengalami penguatan dalam tiga hari terakhir.
Harga saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) menguat dari 1.115 pada Kamis (11/2) menjadi 1.245 pada Rabu (17/2), alias menguat 11,66%. Kemudian harga saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) menguat dari 840 menjadi 845, alias menguat 0,6%.
Harga saham PT Multiprima Sejahtera Tbk (LPIN) menguat dari 254 menjadi 258, alias menguat 1,57%. Harga saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) menguat dari 1.330 menjadi 1.350, alias menguat 1,5%.
Harga saham PT Astra Otopart Tbk (AUTO) menurun dari 1.040 menjadi 1.030, alias melemah -0,96%. Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) menurun dari 5.850 menjadi 5.800, alias melemah -0,85%.
Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas, mengatakan meski menguat, penguatan harga saham emiten otomotif dan industri pendukungnya sebetulnya tidak terlalu signifikan. Bagaimanapun kondisi perekonomian Indonesia saat ini belum mampu meningkatkan daya beli secara maksimal. Hal ini disebabkan pendemi virus corona masih berlanjut.
“Sedangkan vaksin belum menunjukkan hasil yang signifikan atau masih proses. Jadi pelaku pasar masih cenderung wait and see,” kata Sukarno Rabu, (17/2/2021).
Dengan demikian, Sukarno melihat kebijakan relaksasi pajak penjualan kendaraan bermotor belum bisa secara efektif memperbaiki penurunan daya beli masyarakat yang lebih dalam. Padahal ini adalah faktor utama kelesuan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Ini yang membuat harga saham emiten otomotif menguat terbatas, sebagian lagi masih ada yang melemah.(sdk)