Kanal24, Malang – Dalam Rapat Kerja Nasional XV Konsorsium Ilmu Biomedik Indonesia (KIBI) yang berlangsung di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB), para peserta tidak hanya membahas penjaminan mutu dan akreditasi nasional, namun juga mendorong kolaborasi internasional sebagai langkah strategis menuju reputasi global.
Ketua KIBI, Prof. Dr. rer. nat. Dra. Asmarinah, M.S., menegaskan bahwa upaya internasionalisasi pendidikan tinggi menjadi fokus utama, sejalan dengan tuntutan akreditasi internasional. “Kami mendorong program studi untuk menyiapkan versi kurikulum dan akreditasi berbahasa Inggris agar bisa diakui secara internasional,” ujarnya.
Baca juga:
KIBI Fokus Tingkatkan Mutu Biomedik Nasional, Siapkan Strategi Akreditasi Baru

Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah memperluas kerja sama luar negeri. KIBI baru saja menjalin Memorandum of Understanding (MoU) dengan Western Sydney University, Australia. Kerja sama ini membuka peluang pengiriman mahasiswa dan staf pengajar untuk melakukan riset dan mengambil kredit studi (SKS) di luar negeri.
“Beberapa mahasiswa telah mengikuti program riset di Shizuoka University, Jepang, selama 1–5 bulan, dengan biaya hidup yang ditanggung oleh pihak mitra. Ini bukti bahwa kami serius membangun kolaborasi internasional,” jelas Asmarinah.
Sementara itu, Ketua Panitia Rakernas XV KIBI, Prof. Agustina Tri Endharti, S.Si., Ph.D., mengungkapkan bahwa kegiatan ini juga menjadi ajang sosialisasi sistem akreditasi terbaru, yang kini menjadi tantangan baru bagi seluruh program studi biomedik. “Banyak program studi sedang mempersiapkan akreditasi nasional maupun internasional. Oleh karena itu, momen Rakernas ini kami manfaatkan untuk belajar bersama,” ucap KPS Ilmu Kedokteran Jenjang S3 FK UB ini.

Baca juga:
22 Dokter Baru FK UB Siap Hadapi Tantangan Dunia Medis
KIBI juga tengah merancang kurikulum berbasis kebutuhan riset multidisipliner, terutama untuk jenjang doktoral (S3). Karena tidak ada standar baku jumlah SKS untuk program S3, masing-masing universitas memiliki keleluasaan untuk menyesuaikan kurikulum berdasarkan kekhasan riset mereka.
Dengan Rakernas ini, KIBI mempertegas komitmennya untuk mendorong pendidikan tinggi biomedik Indonesia agar tak hanya unggul secara nasional, tetapi juga diakui secara global. Langkah ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan Indonesia sebagai pusat inovasi kesehatan di tahun 2045. (din/nid)