Nilai termahal dari sebuah aktifitas adalah istiqomah. Suatu jalan yang dilalui oleh setiap orang yang berhasil. Manakala kita mengamati apa yang menjadi kunci utama keberhasilan seseorang maka tiada lain bertemu pada satu titik yang sama yaitu keberanian dirinya untuk memilih sebuah sikap tertentu lalu kemudian menetapi langkah itu dengan penuh semangat dan kesabaran untuk terus menetapi langkah itu secara iatiqomah.
Istiqomah adalah kesediaan diri untuk bersungguh-sungguh mujahadah dalam menetapi langkah yang telah dipilih dengan penuh semangat secara terus menerus tiada henti serta penuh kesabaran sekalipun menghadapi berbagai rintangan ujian dan cobaan hingga mampu menghasilkan sebuah kesuksesan dan keberhasilan dari Apa yang dimaksudkan
Semua orang sukses pasti melalui langkah ini karena sukses Bukankah sesuatu yang tiba-tiba bukan pula hasil karbitan tapi sukses adalah Jejak Langkah kebaikan yang di Istiqomah i yang terus-menerus dilakukan hingga mewujud keberhasilan Islam mengajarkan agar umatnya tidak berfokus hanya semata pada hasil sebab hasil adalah berada di tangan Allah sebagai sebuah ketetapan yang menjadi rahasianya seorang muslim tidak dituntut atas keberhasilannya melainkan pada bagaimana dia melalui langkah langkah proses menuju keberhasilan sebab takdir adalah milik Allah sementara manusia adalah bertugas untuk berusaha semaksimal mungkin
Orang yang mengambil jalan istiqomah sebenarnya dia telah mengambil jalan untuk membangun kekuatan keyakinan kepada Allah swt sebab di saat orang menempuh jalan kebaikan kemudian Istiqomah berarti dia telah membersamai Allah dalam setiap langkahnya sehingga mereka akan menunggu kapan Allah swt akan memberikan balasan kebaikan berupa kesuksesan dan keberhasilan padanya . Sebaliknya orang yang “istiqomah” dalam keburukan berarti dia juga telah menabuh genderang perang kepada Allah dan menunggu balasan yang akan Allah swt timpakan padanya.
Istiqomah atas suatu tindakan baik adalah kekuatan yang akan terus disimpan dalam wadah keabadian. Mereka yang dijanjikan dengan surga adalah para pelaku keistiqomahan. Bagi seorang pembelajar maka kunci keberhasilan ada pada keistiqamahannya. Setidaknya dengan menguatkan pada empat ranah keistiqomahan, antara lain pertama Istiqomah dalam berdzikir. Bagi seorang pembelajar maka dzikir adalah cara untuk melembutkan hati dan menenangkannya sehingga akan dengan mudah dalam memperoleh ilmu. Setidaknya haruslah ada dzikir yang diistiqomahi untuk mendampingi selama dirinya menuntut ilmu. Misal dzikir hasbunallah, lathifiyah, dzikir pagi (wirdul lathif) dan dzikir petang (ratib al haddad dan ratibu annash). Dzikir-dzikir itu haruslah dilalukan secara kontinue agar mendapatkan perlindungan dan bimbingan selama proses belajar.
Kedua, istiqomah dalam belajar dan berkarya. Tentu ciri utama seorang pembelajar adalah menuntut ilmu yang dicirikan dengan banyak membaca, membaca ulang (derres atau murajaah), ataupun juga mengajarkannya. Demikian pula sebagai pembelajar harus banyak menulis dan mencatat semua apa yang diajarkan. Sebagaimana dikatakan oleh maha guru abad ini, Prof. DR. Abuya assayyid Muhammad bin alwi al maliki bahwa seorang pembelajar karena dirinya adalah hamba Allah maka harus selalu membawa tasbeh. Dan karena sebagai thalibul ilmi maka harus selalu membawa bolpen dan buku. Agar dia dapat dengan mudah menuliskan segala apapun yang diperolehnya dari proses pembelajarannya serta dari apapun yang terlintas dalam pikirannya. Karena ide dalam pikiran ibarat kilat yang melintas dengan cepat, dan cara menangkapnya adalah dengan menuliskannya.
Ketiga, istiqomah dalam mengerjakan amal kebajikan. Iman tanpa amal adalah kebohongan. Dan amal tanpa iman adalah ngawur. Seorang pembelajar tidak cukup hanya sekedar membangun keimanan tapi mewujudkannya, sebab keimanan yang benar apabila diwujudkan dengan amal perbuatan. Namun amal perbuatan tidak akan bermakna apabila tidak dilakukan dengan istiqomah. Seorang pembelajar perlu mengistiqomahi amal yang dapat mengantarkannya pada derajat kemuliaan. Seperti amal sedekah, qiyamul lail dan sebagainya hingga keistiqomahan itu membuahkan keberkahan.
Keempat, Keistiqomahan dalam mengabdi (khidmad) khususnya berkhidmad kepada guru yang telah mengajarinya dan membimbingnya dalam kebaikan, berkhidmad pada sesama pembelajar yang menuntut ilmu, berkhidmad kepada komunitas dimana dirinya hidup dan berinteraksi dan berkhidmad kepada ummat.
Dengan keistiqomahan itu maka akan melahirkan keberkahan dan kekaromahan yaitu berupa kemudahan atas berbagai persoalan dan kebahagiaan berupa derajat yang tinggi dalam sebuah kesuksesan. Inilah jalan pintas kemuliaan bagi seorang pembelajar. Sebagaimana Firman Allah swt:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqomah), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah (surga) yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushilat [41]: 30)
Semoga Allah swt memberikan keistiqomahan pada diri kita dan semoga selalu dalam bimbinganNya. Semoga Allah mengampuni dosa kita dan meridhoinya. Aamiiin….
KH. Akhmad Muwafik Saleh dosen FISIP UB, penulis produktif, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Tanwir Al Afkar