KANAL24,Malang – Jika diajukan pertanyaan pada diri kita, Sebenarnya apa yang kita cari dalam hidup ini ?. Setiap orang boleh jadi berbeda dalam mendeskripsikannya, namun saya yakin, semua jawaban akan berujung pada satu harapan utama yaitu kebahagiaan, baik bahagia di dunia maupun bahagia di akhirat sebagaimana yang selalu diucapkan dalam doa pamungkas setiap kita berdoa yaitu “Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaabannaar”.
So, bagaimana cara meraih kebahagiaan itu ?. Mari perhatikan rumus kehidupan berikut ini :
“Jagalah Allah maka, maka Allah akan menjaga kita, Dahulukan Allah, maka Allah akan mendahulukan kita, utamakan Allah maka Allah akan mengutamakan kita”.
Hidup ini adalah tentang memberi dan menerima (give dan receive). Lalu kepada siapa kita lebih utama memberi ?. Tentu adalah dengan mendahulukan hak Allah terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Karena Dia-lah yang lebih berhak untuk lebih diutamakan.
Demikianlah yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada keponakannya, Abdullah putra Abbas bin Abdul Muthallib.
Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapauntai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi).
Allah swt adalah pemilik kehidupan ini, yang Maha Kaya, yang kekakayaannya tidak pernah berkurang sedikitpun, bahkan selalu bertambah dan bertambah. Merupakan tindakan yang salah manakala kita lebih memilih bergantung pada makhluk dan mendahulukannya untuk memenuhi segala kebutuhan kita, sementara mahkluk penuh dengan segala keterbatasan dan kelemahan.
Jangan sampai kita disepelekan dan dicuekin oleh Allah swt karena kita lebih mendahulukan makhluk daripada-Nya. Karena Allah cemburu pada kita, dan Allah maha pecemburu. Sebagaimana contoh orang tua yang selama ini memenuhi kebutuhan anaknya, namun sang anak mencuekinnya dan tidak mau peduli padanya serta lebih mendahulukan orang lain daripada mendahulukan perintahnya, tentulah dia akan marah dan cemburu, namun karena kasih sayangnya sajalah kita tetap masih dipenuhi kebutuhan kita, saat kita meminta. Jika manusia saja bisa demikian, terlebih tentu Allah swt.
Seseorang orang cerdas tentu akan meluruskan pola orientasinya hanya pada Allah swt. Sebab dengan mendahulukan Allah dalam seluruh aktifitas kita akan menjamin setiap urusan kita akan didahulukan oleh Allah swt dan membahagiakan kita. Demikianlah jaminan Allah swt.
Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu , ia mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Barangsiapa tujuan (orientasi) hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. ” (HR. Ahmad).
Bahkan kita diajari oleh Allah swt agar disaat kita membuka mata pertama kali saat bangun tidur, orientasikan pertama kali dalam pikiran kita terhadap Allah swt. Namun jika tidak, maka Allah swt akan membalasnya dengan kehinaan karena Allah telah cemburu padanya sebab diduakannya dan disepelekannya.
”Barang siapa bangun pagi, dan dunia lebih besar dalam keinginannya(benaknya), maka ia tidak mendapatkan apapun dari Alloh. Dan Alloh menanamkan 4 penyakit dalam dirinya. (Yaitu) : Kebingungan yang tiada putus. Kesibukan yang tiada berujung. Kebutuhan yang tiada terpenuhi. Khayalan yang tidak berujung. (HR Ath Thobaroni)
Untuk itu, mari dekatilah Allah swt dengan segala upaya pendekatan (taqarrub), sebab setiap langkah kita menuju Allah, pasti Dia akan membalasnya melebihi dari apa yang lakukan. Dan itulah kunci kebahagiaan..?
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga setiap langkah kita di dunia ini selalu ditujukan hanya untuk kepentingan Allah dan agamanya dengan niatan agar nantinya Allah senang pada diri kita yang dengannya Dia akan mencurahkan kasih sayangnya pada diri kita, dan mendahulukan kita, serta membahagiakan kita di dunia dan kelak di akhirat. Aamiiiin….