Talman Amidipradja menulis buku berjudul “Ideologi Koperasi dan Sejarah Perjuangan Koperasi Indonesia”. Melalui buku tersebut, Amidipraja (1985) berujar bahwa koperasi Indonesia sepatutnya didirikan oleh orang-orang budiman. Pengertian mengenai orang budiman tidak dijelaskan oleh Amidipradja. Namun, dari gagasannya, kita melihat bahwa terdapat keeratan hubungan antara orang-orang budiman dengan jiwa koperasi Indonesia.
Dengan sebuah gambar, Amidipradja melukiskan bahwa orang-orang budiman yang mendirikan koperasi mesti memiliki jiwa gotong-royong, solidaritas, kekeluargaan dan individualitas. Jiwa tersebut dipilah oleh Amidipradja dalam 2 katagori, yaitu: (1). Jiwa yang menjadi Sokoguru Koperasi, yaitu solidaritas (rasa bersatu senasib sepenanggungan) dan individualitas (keteguhan watak dan kehalusan budi) serta (2). Jiwa koperasi yang menjadi Asas Koperasi, yaitu: gotong-royong dan kekeluargaan.
Membaca buku Amidipradja yang “hanya” 45 halaman ini sangatlah menarik. Lantang bersuara terhadap feodalisme, individualisme, liberalisme, kapitalisme, kolonialisme dan etatisme. Meskipun pelit dalam paparan secara panjang lebar, kita dapat semakin jelas mengerti gagasan dia mengenai koperasi dan bagaimana semestinya ber-koperasi. Membaca gagasan Amidipradja tentang jiwa dan mental koperasi dan ber-koperasi ini, nampak seiring dengan gagasan beberapa teori etika barat, seperti Nichomachean Ethics-nya Aristoteles, Deontologi-nya Immanuel Kant dan Etika Kepedulian-nya Emmanuel Levinas.
Saya menilai, gagasan Amidipradja ini perlu di-reaktualisasi kembali serta ditelaah-dipapar secara lebih mendalam. Buku ini bisa digunakan sebagai kacamata kritis untuk melihat dan menilai koperasi dan cara ber-koperasi saat ini, dan dapat digunakan sebagai pandu untuk mengembalikan koperasi kepada jiwa-jiwa koperasi yang seharusnya. Dalam tataran yang lebih operasional, dari gagasan Amidipradja ini dapat disusun standar penilaian kinerja koperasi yang komprehensif dan seimbang antara kinerja ekonomi dan non-ekonomi.
Di penghujung tulisan ini, saya ingin mengutipkan kalimat yang termuat dalam halaman 16 buku ini, “Koperasi sekaligus merupakan lembaga pendidikan yang menghilangkan kebodohan”. Tidak semata institusi ekonomi semata, ada sisi emansipatif dan progresif dalam gerak koperasi. Sehingga, jika masih ada koperasi yang malah memupuk kebodohan dengan melakukan tindakan “membodohi”, maka tidak patut sama sekali untuk disebut koperasi.
Terima kasih Pak Amidipradja !
SUBAGYO
Dosen FE Universitas Negeri Malang