KANAL24, Jakarta – Meski ada risiko penurunan kualitas aset yang tidak terduga, namun Indo Premier Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi Buy (beli) untuk saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Hal ini dikarenakan katalis pertumbuhan Current Account Saving Account (CASA) dan Net Interest Margin (NIM) yang tercatat lebih baik di Kuartal III 2019 (3Q19).
Dalam paparan risetnya terhadap kinerja BBNI, Kamis (24/10), Tim Analis Indo Premier menyoroti pertumbuhan PPOP yang layak dan provisi yang jinak di 3Q19.
Lebih rinci tentang kinerja, pada sembilan bulan 2019 (9M19) BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp12 triliun (+ 5% yoy / + 22% qoq), yang setara dengan 78%/76% masing-masing untuk perkiraan Indo Premier dan perkiraan konsensus untuk total laba 2019.
“Ini sejalan dengan catatan pratinjau kami. PPOP tumbuh pada tingkat yang layak (+ 4% yoy / + 6% qoq) sementara provisi tidak berbahaya terutama pada basis qoq (+ 2% yoy / -35% qoq) di tengah peningkatan dan pembayaran beberapa debitor korporatnya. Biaya kredit (CoC) meningkat menjadi 1,4% pada 9M19 dari 1,6% pada 9M18 dan 1H19 (lebih baik dari perkiraan 1,8%),” kata Tim Aanalis Indopremier Sekuritas Kamis (24/10/2019)
Pada periode yang sama, NIM tercatat flat meskipun LDR lebih tinggi. Namun, diperkirakan NIM akan lebih baik pada kuartal IV 2019 (4Q19). Dirincikan, NIM berada di 4,9% pada 9M19, flat jika dibandingkan dengan semester I 2019/1H19 (5,3% di 9M19), seiring baik yield pinjaman maupun biaya dana (CoF) tercatat flat secara kuartalan (qoq). Meski begitu, Loan to Deposits Ratio (LDR) naik menjadi 97% pada 3Q19 dari 92% pada 2Q19 (89% di 3Q18), yang bisa diterjemahkan menjadi NIM yang lebih tinggi pada 4Q19 dan tahun depan. Deposito tumbuh 6% yoy (-2% qoq) sebagian besar didukung oleh
CASA (+ 10% yoy / -3% qoq) vs pertumbuhan TD (-1% yoy / -2% qoq).
Selain itu, pinjaman tercatat tumbuh kuat sebesar 15% yoy (+ 2% qoq) pada 3Q19 (estimasi Indo Premier pada 2019 tumbuh 14% yoy), dengan pendorong utama adalah pinjaman korporasi (+ 18% yoy / + 2% qoq), usaha kecil (+ 19% yoy / + 3% qoq) dan anak usaha (+ 19% yoy / + 1% qoq). Sementara untuk segmen menengah pertumbuhan tercatat paling lemah yaitu tumbuh 4% yoy (-2% qoq).
Untuk kredit bermasalah (NPL) tercatat membaik menjadi 1,8% pada 3Q19 dari 2% pada 3Q18 (namun flat secara qoq), sejalan dengan NPL yang lebih tinggi dari segmen menengah (+ 90bp yoy), namun diimbangi oleh NPL yang lebih rendah di segmen korporasi (-40bp yoy), usaha kecil (-20bp yoy), dan konsumen ( -10bp yoy).
Pinjaman dengan perhatian khusus (special mention loans/SML) juga naik menjadi 4,1% pada 3Q19 dari 3,8% di 3Q18, namun secara kuartalan membaik dari 4,2% di 2Q19. Dan, terakhir, loan to asset ratio (LAR) membaik menjadi 8,6% di 3Q19 berbanding 8,7% di 3Q18 (flat secara qoq).
“Kami mempertahankan rekomendasi Buy kami menyusul hasil yang baik di 3Q19 dan valuasi ringan (1,2x P/BV 2019 vs rata-rata 10 tahun 1,4x P/BV). Katalis utama adalah pertumbuhan
CASA dan NIM yang lebih baik, sedangkan risiko utamanya adalah penurunan kualitas aset yang tidak terduga,” tutup Tim Analis. (sdk)