Kanal24, Jakarta – Melalui konferensi pers (3/11/2023), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewakili Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memaparkan laporan terkini terkait kondisi perekonomian global.
Menurut Menteri Sri Mulyani Indrawati, kondisi ekonomi dunia tengah berada pada masa sulit, dipengaruhi oleh lemahnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya tingkat ketidakpastian.
“Pertumbuhan ekonomi global sedang melambat, ditambah dengan tingginya tingkat ketidakpastian yang semakin meningkat, serta adanya perbedaan pertumbuhan yang semakin melebar di antara negara-negara,” ungkapnya.
Proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) mengindikasikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini berada di angka 3%, namun diprediksi akan melemah pada tahun 2024 menjadi 2,9%. Faktor penyebabnya terutama berasal dari situasi di beberapa negara maju.
Ekonomi Amerika Serikat (AS) masih terlihat menguat dengan dukungan dari sektor konsumsi dan jasa, sementara Eropa masih terkendala dalam upaya pemulihan ekonominya. Di sisi lain, China mengalami perlambatan yang lebih signifikan dari proyeksi yang ada sebelumnya.
“Perekonomian Tiongkok mengalami perlambatan akibat pelemahan dalam sektor konsumsi dan krisis di sektor properti,” jelas Menteri Sri Mulyani.
Selain itu, inflasi yang tetap tinggi di AS memberikan indikasi bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Federal Reserve semakin terbuka. Kondisi ini juga diperkirakan akan terjadi di banyak negara maju lainnya.
“Dalam upaya mengendalikan inflasi, suku bunga kebijakan moneter di negara-negara maju, termasuk Fed Fund Rate, diprediksi akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” tambahnya.
Situasi perekonomian global yang disampaikan dalam konferensi pers hari ini menegaskan bahwa tantangan ekonomi yang dihadapi oleh berbagai negara, terutama dalam mengendalikan inflasi dan memperbaiki pertumbuhan, akan menjadi fokus utama kebijakan ekonomi di masa yang akan datang.