Oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Salah satu karakteristik profetik adalah dikala berjumpa dengan siapapun dari kalangan kaum muslim adalah menyapanya dengan mengucapkan kalimat “assalamu’alaikum”. (Salam sejahtera untuk kalian semua). Ini adalah sebuah kalimat doa yang diucapkan bagi siapa saja yang bertemu. Ini adalah sikap keramahan yang berpadu dengan spiritualitas dan kepedulian kepada sesama.
Kalimat assalamualaikum tentu bukanlah sekedar sebuah rangkaian kalimat yang terucap namun ada konsep yang sebenarnya ingin dikenalkan dalam pandangan profetik atas berbagai realitas objektif kemanusiaan yang secara spesifik sebagai inspirasi dan landasan nilai dalam manajemen komunikasi pelayanan publik. Nilai-nilai yang dapat dijadikan landasan dalam prinsip komunikasi pelayanan publik perspektif profetik adalah:
Pertama, mengedepankan aspek keramahan (hospitality) dalam seluruh aktifitas komunikasi pelayanan. Public service adalah kegiatan jasa yang bersifat intangible, tidak tampak namun dirasakan oleh setiap orang yang berinteraksi. Untuk itu pembedanya adalah sikap keramahan dalam melayani. Perspektif profetik dalam komunikasi pelayanan publik menegaskan pentingnya bersikap ramah dalam seluruh interaksi. Ramah adalah fitrah manusia dalam menerima kehadiran orang lain. Hal ini adalah sifat dasar manusia manakala dipenuhi maka orang lain akan merasa nyaman dan bahagia.
Kedua, konsep assalamualaikum mengajarkan pentingnya menyapa terlebih dahulu dalam setiap tindakan pelayanan. Menyapa haruslah menjadi greeting yang ditetapkan dalam standart operating prosedure (SOP) pelayanan. Karena menyapa adalah mendekatkan diri pemberi layanan kepada orang dilayani yang akan mempersepsikannya dengan sikap ramah. Keramahan adalah tiket bagi pemberi layanan untuk mendapatkan feedback komunikasi yang positif dari publik yang nantinya akan berujung pada kepercayaan publik (trust) atas suatu lembaga pemberi layanan.
Ketiga, salah satu makna dari konsep assalamaalaikum adalah keramahan yang ditandai dengan sikap mudah tersenyum. Memberikan senyuman kepada para penerima layanan adalah bentuk salam universal yang bermakna penerimaan, yaitu kesediaan diri untuk membuka pintu diri atas kehadiran dan keberadaan orang lain. Seseorang akan merasa nyaman dalam sebuah interaksi manakala dirinya dianggap ada dan penting dalam sebuah interaksi. Sebaliknya manakala dirinya dianggap tidak penting maka mereka akan menarik diri dan tidak akan melanjutkan proses interaksi. Karena itulah, konsepsi profetik memberikan penekanan pada tindakan sepele namun bermakna ini sebagai perekat hubungan kemanusiaan. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi :
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“ (HR at-Tirmidzi (no. 1956), Ibnu Hibban (no. 474 dan 529)
Keempat, bersikap proaktif adalah pesan dari konsep assalamualaikum. Seseorang dalam perspektif profetik dianjurkan untuk memulai (proaktif) atau mengambil inisiatif dalam mengucapkan salam pada saudara muslim lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi :
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ ». قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ
“Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?” Lantas beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya,….” (HR. Muslim. No. 2162)
Mengucapkan salam terlebih dahulu artinya bahwa di dalam kegiatan pelayanan maka selayaknya seorang pemberi layanan untuk lebih mengedepankan sikap proaktif, mengambil inisiatif serta mengawali untuk berbuat baik dan melayani. Atau dengan kata lain bahwa pelayanan itu haruslah “menjemput bola” dan bukan menunggu. Seorang pemberi layanan harus lebih proaktif dan inisiatif dalam memikirkan dan bertindak dalam pelayanan guna memberikan layanan terbaik kepada publik.
Kelima, prinsip yang harusnya ada dalam mindset pemberi layanan dalam kegiatan komunikasi layanan adalah membangun mindset memberi yang terbaik. Saya ingin menekankan pada kata “memberi terlebih dahilu” karena dalam hal ini ada Inisiatif. Yairu bertibdak terdepan dalam mengawali suatu perubahan dan kebaikan. Seseorang manakal membangjn tindakan memberi atas kebaikan kni maka tentu dirinya akan mendapatkan lebih dari apa yang dilakukan. Jangan berharap seseorang akan mendapatkan feedback yang baik dari orang lain manakala seseorang tidak memberinya terlebih dahulu. Sebenarnya kehidupan ini berada dalam filosofi “give and receive”. Seseorang tidak akan pernah mendapatkan balasan apapun dari orang lain manakala tidak mengawalinya memberi terlebih dahulu. Seseorang diberi karena suatu tindakan memberi yang dilalukan sebelumnya. Jika seseorang memberi terlebih dahulu maka dia akan sangat besar peluang untuk mendapatkan balasan. Dan balasan atas suatu tindakan yang baik akan berpeluang untuk balasan yang lebih banyak dan lebih baik. Sebagaimana filoaofi salam, disaat seseorang mengawali memberi salam maka pasti dia akan mendapatkan jawaban atas ucapan salam tersebut dengan jumlah yang lebih banyak dari yang hadir atau mendapatkannya.
Terakhir, dalam kegiatan komunikasi pelayanan publik, setiap pemberi layanan baik personal atau lembaga haruslah mampu menebar salam, yaitu keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan. Seluruh tindakan layanan haruslah pula mampu membuat para pemberi layanan, lembaga bahwa masyarakat yang dilayani dapat bahagia dan terpuaskan sehingga mampu mendorong loyalitas dari diri publik untuk terus berpartisipasi dan mendukung program yang ada.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB