Kanal24, Malang – Banyak orang masih bingung dalam menentukan apakah mereka harus berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater ketika mengalami masalah kejiwaan. Menurut dr. Kresna Septiandy Runtuk, Sp. KJ, M. Biomed, seorang dokter spesialis jiwa di RS Universitas Brawijaya dalam wawancara eksklusifnya dengan Kanal24 pada Rabu (19/202/2025) memberikan penjelasan mendalam mengenai perbedaan keduanya serta kapan seseorang sebaiknya menemui masing-masing profesional tersebut.
Psikiater: Dokter yang Menangani Kesehatan Mental Secara Medis
Psikiater adalah dokter spesialis kedokteran jiwa yang telah menyelesaikan pendidikan kedokteran umum selama enam tahun, kemudian menempuh spesialisasi psikiatri selama empat tahun. Dengan latar belakang medis yang kuat, psikiater mempelajari ilmu saraf, psikologi, dan sosial, sehingga memiliki kemampuan untuk memberikan terapi menyeluruh, mulai dari psikoterapi hingga pemberian obat, serta metode lainnya seperti terapi listrik atau terapi magnet.
Baca juga:
Terapi Digital: Solusi Inklusif untuk Kesehatan Mental
Sebagai dokter, psikiater berperan dalam empat aspek utama, yaitu:
- Promotif – Meningkatkan kesehatan mental masyarakat.
- Preventif – Mencegah timbulnya gangguan jiwa.
- Kuratif – Menangani gangguan jiwa yang sudah terjadi.
- Rehabilitatif – Membantu pemulihan pasien dengan gangguan jiwa berat.
“Karena psikiater memiliki pemahaman lebih dalam tentang aspek biologis, psikologis, dan sosial, pendekatan yang diberikan lebih komprehensif. Kami bisa menilai apakah pasien membutuhkan obat atau cukup dengan terapi psikologis,” jelas dr. Kresna.
Psikolog: Spesialis dalam Aspek Psikologis dan Emosi
Di sisi lain, psikolog berasal dari latar belakang akademik psikologi dan melanjutkan pendidikan hingga S2 psikologi klinis, yang membutuhkan waktu sekitar enam hingga tujuh tahun. Berbeda dengan psikiater, psikolog tidak memiliki latar belakang medis dan tidak dapat meresepkan obat.
“Psikolog lebih fokus pada aspek psikoterapi dan intervensi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif atau konseling. Masalah yang lebih berkaitan dengan pola pikir, emosi, dan hubungan sosial, seperti konflik keluarga atau tekanan emosional, bisa ditangani oleh psikolog,” tambahnya.
Kapan Harus ke Psikiater dan Kapan ke Psikolog?
Keputusan untuk menemui psikiater atau psikolog bergantung pada kondisi pasien. Jika seseorang mengalami gangguan mental yang lebih berat, seperti skizofrenia, depresi berat, atau gangguan bipolar, lebih disarankan untuk langsung menemui psikiater. Ini karena kondisi tersebut sering kali memerlukan penanganan medis dan farmakologis.
Sebaliknya, bagi mereka yang mengalami masalah psikologis ringan hingga sedang, seperti kecemasan, stres akibat pekerjaan, atau konflik hubungan, psikolog dapat menjadi pilihan awal. Jika psikolog menilai pasien membutuhkan intervensi medis, mereka dapat merujuknya ke psikiater.
Baca juga:
Healing di Alam: Cara Alami Pulihkan Kesehatan Mental
“Yang penting adalah jangan ragu untuk mencari bantuan profesional ketika mengalami masalah kesehatan mental. Baik psikiater maupun psikolog sama-sama bertujuan untuk membantu pasien mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik,” tutup dr. Kresna.
Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), layanan kesehatan mental semakin mudah diakses. Psikolog klinis kini tersedia di beberapa puskesmas di kota-kota besar, sementara psikiater tersedia di rumah sakit yang dapat menerima rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai perbedaan psikolog dan psikiater, diharapkan masyarakat dapat lebih tepat dalam menentukan layanan kesehatan mental yang dibutuhkan. (nid)