Kanal24, Malang – Pada konferensi internasional yang digelar oleh Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB), 6th Annual International Conference on Business and Public Administration (AICoBPA) 2023 yang digelar pada Rabu (01/11/2023), Prof. Dr. Muhadjir Effendy dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia hadir sebagai keynote speaker. Ia memaparkan materi bertema “National Synergy for Combatting Extreme Poverty” atau “Sinergi Nasional Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem”.
Prof. Effendy mengawali materinya dengan menampilkan tabel terkait Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2022 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Melalui tabel tersebut, menunjukkan statistik yang mengejutkan, dimana lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mendominasi angkatan kerja pengangguran terbuka dengan persentase sebesar 10,38 persen. Menurut data resmi yang dirilis, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2022 adalah SD kebawah: 3,09 persen; SMP: 5,61 persen; SMA: 8,35 persen; SMK: 10,38 persen; Diploma: 6,09 persen; dan Universitas: 6,17 persen.
Dalam laporan tersebut, terungkap bahwa sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas sangat diperlukan untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki setiap daerah di Indonesia. Meskipun jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 143,722 juta orang pada tahun 2022, total pengangguran terbuka mencapai angka yang signifikan, yaitu sebanyak 8,40 juta orang.
“Jadi, jika kita menciptakan lapangan kerja untuk persiapan generasi muda yang masuk dalam kategori SMK, kemiskinan ekstrim yang ada di masa depan akan teratasi,” ujar Prof. Effendy.
Menyikapi tantangan global yang semakin kompleks, penting bagi Indonesia untuk memprioritaskan investasi dalam penyiapan generasi muda yang masuk dalam kategori SMK. Jika, Indonesia menciptakan lapangan kerja untuk lulusan SMK, kemiskinan ekstrim yang ada di masa depan akan teratasi.
Berdasarkan data dari “Produktivitas Tenaga Kerja di Negara-negara Asia Tenggara”, peningkatan produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan karena persaingan pasar kerja di era globalisasi dan revolusi industri 4.0 semakin menantang.
Sementara itu, melalui analisis terbaru yang dilakukan oleh Institut Global McKinsey yang disampaikan oleh Prof. Effendy, Indonesia menerima berita positif mengenai dampak otomasi terhadap lapangan kerja di masa depan.
“Menurut laporan tersebut, diperkirakan akan ada lebih banyak lapangan kerja yang tercipta pada tahun 2030 dibandingkan dengan yang hilang akibat otomatisasi,” terang Prof. Efendy.
Lebih detail, ada sebanyak 23 juta pekerjaan diperkirakan akan digantikan oleh otomatisasi, tetapi pada saat yang sama, akan ada potensi terciptanya lapangan kerja baru dari 27 hingga 46 juta pada periode yang sama.
Dari lapangan kerja baru yang terbentuk, sekitar 10 juta diantaranya bisa jadi jenis pekerjaan baru, dengan sektor layanan kesehatan, konstruksi, manufaktur, dan ritel yang diperkirakan akan mendapatkan manfaat signifikan dari peningkatan permintaan tenaga kerja.
Untuk memanfaatkan potensi produktivitas dari otomatisasi, masyarakat Indonesia didorong untuk memperoleh keterampilan baru. Permintaan akan pekerjaan yang melibatkan aktivitas fisik yang tidak dapat diprediksi, berinteraksi dengan stakeholders, serta mengelola dan mengembangkan manusia diperkirakan akan terus meningkat.
Otomatisasi diperkirakan akan paling berpengaruh pada pengumpulan dan pemrosesan data serta aktivitas fisik yang dapat diprediksi, yang kemungkinan akan mengakibatkan penurunan jam kerja untuk tiga tugas tersebut.
Adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di Indonesia menuntut peningkatan pendidikan tinggi dan gelaran lanjutan. Sementara, lulusan SMK diperkirakan akan mengalami perubahan lapangan kerja terbesar pada tahun 2030.
Menanggapi temuan ini, Prof. Effendy merekomendasi fokus yang lebih besar pada peningkatan pendidikan dan pelatihan kejuruan. Upaya ini akan membantu meningkatkan berbagai keterampilan dan juga meningkatkan keterampilan untuk menghadapi era baru yang semakin otomatisasi.
“Langkah-langkah ini penting untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi di dunia kerja dalam beberapa tahun mendatang,” kata Prof. Effendy.
Melalui pemaparan dari Prof. Effendy, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan lapangan kerja, pendidikan dan pelatihan berkualitas, adaptasi terhadap perubahan, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, masyarakat juga mampu menghadapi era kerja baru dan berkolaborasi antar sektor publik dan swasta. (nid)