Kanal24 – LEMIGAS Ditjen Migas dan Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM bersama Badan Geologi, akademisi, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), dan stakeholders terkait berkolaborasi melakukan pembaharuan potensi penyimpanan karbon.
“Kami intensifkan kembali pathway menuju implementasi CCS/CCUS (carbon capture and storage/carbon capture, utilization, and storage), berkolaborasi dengan para ahli profesional, lembaga pengujian LEMIGAS, akademisi, KKKS dan stakeholders lainnya. Tim teknis gabungan CCS/CCUS sedang disiapkan. Minggu lalu pembahasan tim sudah dilakukan,” ujar Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM, Mirza Mahendra dalam keterangannya di Jakarta (18/9/2022).
Kajian CCS/CCUS di Indonesia akan diperbarui dengan memperhitungkan penyimpanan CO2, serta aspek teknologi dan biaya yang lebih mutakhir berdasarkan perkembangannya.
Di sisi lain, menurut Mirza, keberadaan emisi CO2 dari produksi minyak dan gas (venting) juga harus dikurangi.
Teknologi CCS/CCUS yang diterapkan merupakan bagian dari upaya transisi energi untuk mendukung pencapaian Net Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal. KKKS Migas juga mulai aktif mengurangi emisi karbon.
“Pemerintah terus mendorong energi yang lebih bersih dengan penerapan teknologi. Studi dan implementasi program rendah karbon di subsektor migas harus diintensifkan oleh para KKKS, di bawah pengawasan pemerintah. Teknologi CCS/CCUS merupakan salah satu upaya meminimalisir emisi CO2 ke depan,” tambah Mirza.
Kajian potensi utama CCS/CCUS Indonesia saat ini berada di area produksi migas dan reservoir migas (depleted oil and gas reservoir).
Kepala LEMIGAS Ditjen Migas Kementerian ESDM Ariana Soemanto menambahkan akan menghasilkan perhitungan terbarukan kapasitas penyimpanan CO2 di berbagai formasi geologi, cekungan sedimen, baik di reservoir minyak dan gas yang terdeplesi, maupun saline formation atau reservoir air salinitas tinggi.
Hal ini didukung oleh metode penghitungan potensi penyimpanan yang melibatkan tim ahli profesional, LEMIGAS, serta akademisi dan mitra badan usaha. Tim teknis gabungan CCS/CCUS juga akan menghasilkan kajian tentang aspek teknologi serta biaya.
“Laboratorium pengujian LEMIGAS dan tim teknisnya, serta kolaborasi profesional dan akademisi akan mendukung pemutakhiran perhitungan potensi storage CO2 dengan berbagai data cekungan dan studi terbaru. Juga mencakup aspek teknologi dan biaya. Selain itu, LEMIGAS juga mendukung pengujian dan jasa untuk studi CCS/CCUS dan penurunan CO2 pada KKKS, seiring dengan upaya pemanfaatan teknologi energi bersih,” kata Ariana.
Isu penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS) telah menjadi salah satu topik bahasan dan juga proyek kerjasama bagi Indonesia dengan negara-negara yang tergabung dalam forum G20 tahun ini.
“Program CCUS dalam G20 menunjukkan keseriusan negara kita dalam menjaga lingkungan. Ini merupakan salah satu konsekuensi sebagai negara yang telah meratifikasi Perjanjian Paris tentang perubahan iklim,” ungkap Tutuka Ariadji selaku Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM di Jakarta (26/01/2022).
Tutuka menyarankan negara Kanada dan Amerika Serikat sebagai mitra karena pengalaman mereka atas CCUS.
“Kita masih cukup punya waktu untuk menjalin kerja sama multilateral agar CCUS dapat menjadi salah satu proyek kerja sama di G20,” imbuhnya.