KANAL24, Jakarta – Saat memulai transaksi perdana pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, harga saham PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG) langsung menyentuh titik auto-rejection atas atau menguat signifikan hingga 70 persen ke level Rp170 dari harga penawaran senilai Rp100 per saham.
Kenaikan harga saham PAMG di awal perdagangan tersebut ditopang oleh frekuensi transaksi sebanyak dua kali dengan volume transaksi sebanyak 1.620 lot, sehingga nilai transaksi emiten ke-21 di 2019 ini mencapai senilai Rp27,54 juta untuk sepanjang perdagangan hari ini.
Pada pelaksaan IPO ini, perusahaan properti asal Riau ini melepas 626 juta saham atau setara dengan 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
Sehingga, dengan harga penawaran Rp100 per saham, maka KJEN mampu meraup dana dari pasar modal sebesar Rp62,6 miliar.
Manajemen PAMG menunjuk PT Danatama Makmur Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Dana hasil IPO akan digunakan Bima Sakti Pertiwi untuk belanja modal (capex) dan modal kerja operasional.
Menurut Direktur Utama Bima Sakti Pertiwi, Christopher Sumasto, pada pelaksanaan IPO ini setidaknya Perseroan bisa meraup dana dari pasar modal setidaknya Rp62,5 miliar.
“Sebesar Rp55 miliar akan digunakan untuk capex (belanja modal) 2019 dan sisanya sebagai working capital,” katanya di Gedung BEI Jakarta, Jumat (5/7/2019).
Dia menyebutkan, sebesar 65 persen dari capex tersebut akan dimanfaatkan sebagai dana pengembangan dan perbaikan fasilitas gedung milik perseroan yang sudah beruisa 15 tahun.
“Sisa dari dana IPO akan digunakan untuk menambah landbank seluas 1.200 meter persegi dan akan dikambangkan di masa mendatang,” tutur Christopher.
Sementara itu, Direktur Bima Sakti Pertiwi, Leonardus Sutarman menyebutkan, perseroan tengah merencanakan pembebasan lahan seluas 8.000 meter persegi yang berada di samping Mal Pekanbaru, Riau.
“Kami juga akan membebaskan sekitar 4.000-5.000meter persegi lagi dari dana IPO ini,” ucapnya.
Sutarman mengungkapkan, saat ini tingkat okupansi Mal Pekanbaru mencapai 93 persen. “Ruang-ruang usaha yang kosong akan akan dimanfaatkan oleh Cinemaxx seluas 1.000 meter persegi dengan jumlah layar sebanyak 5 unit. Recurring income kami sekitar Rp70 miliar-Rp80 miliar per tahun dari penyewaan hotel dan ruang usaha,” ujar Sutarman.
Lebih lanjut dia menyebutkan, pada tahun ini perseroan menargetkan laba bersih senilai Rp23 miliar, sedangkan pendapatan usaha mencapai Rp84 miliar. Pada 2018, laba bersih BimaSakti Pertiwi senilai Rp318,58 miliar yang ditopang pendapatan usaha sebesar Rp75,25 miliar. (sdk).