Kanal24 – Filippo Sorcinelli, seorang desainer asal Italia yang dikenal dengan gaya desainnya yang kontroversial, telah menjadi sorotan berkat karyanya dalam merancang pakaian untuk Paus Fransiskus. Sorcinelli, yang juga dikenal karena keterlibatannya dalam mempromosikan inklusivitas melalui busananya, telah menghadapi berbagai perdebatan global. Artikel ini akan mengulas bagaimana Sorcinelli, melalui desainnya, merefleksikan perubahan dalam pendekatan Gereja Katolik terhadap kesederhanaan dan inklusivitas.
Karya Filippo Sorcinelli: Antara Tradisi dan Inovasi
Sorcinelli bukanlah nama asing dalam dunia desain busana gerejawi. Ia telah merancang lebih dari 50 jubah untuk mendiang Paus Benediktus XVI dan 20 pakaian untuk Paus Fransiskus. Setiap jubah dirancang dengan teliti, menghabiskan ribuan jam pengerjaan. Harga jubah yang dirancang oleh Sorcinelli berkisar antara seribu hingga tujuh ribu dolar euro (sekitar Rp17 juta hingga Rp120 juta). Keahlian Sorcinelli dalam menciptakan busana yang sesuai dengan preferensi pribadi masing-masing paus menunjukkan dedikasinya dalam bidang ini.
Dalam wawancara dengan DW News yang diunggah pada November 2023, Sorcinelli mengungkapkan pandangannya tentang Gereja yang harus lebih inklusif dan terbuka terhadap segala aspek masyarakat. Ia berpendapat bahwa Gereja harus menghadapi segala sesuatu dengan keberanian, karena ini adalah bagian dari pesan Kristiani. Pandangannya ini mencerminkan komitmennya terhadap inklusivitas dan keberanian dalam menghadapi perubahan sosial.
Perubahan Mode: Dari Kemewahan ke Kesederhanaan
Paus Fransiskus dikenal dengan gaya berpakaian yang lebih sederhana dan praktis dibandingkan pendahulunya. Keinginan Paus untuk mengenakan jubah yang ringan dan tidak berlebihan telah mempengaruhi desain busana gerejawi di seluruh dunia. Ini sejalan dengan semangat untuk menciptakan gereja yang lebih dinamis dan “bergerak,” yang mengedepankan kenyamanan dan kesederhanaan.
Raniero Mancinelli, seorang penjahit yang telah lama melayani paus dan pendeta, mengamati perubahan besar dalam busana gerejawi. Menurutnya, “Sekarang, dengan arahan Paus Fransiskus, orang-orang menginginkan sesuatu yang lebih ringan, lebih sederhana, dan lebih simpel.” Hal ini menggambarkan perubahan dari pakaian gerejawi yang dulunya mewah dan berat menjadi lebih minimalis dan praktis.
Kontroversi dan Dampak Terhadap Bisnis
Perubahan gaya yang dibawa oleh Paus Fransiskus tidak tanpa kontroversi. Beberapa penjahit dan pengrajin, seperti Mancinelli, mengalami penurunan permintaan dan harga karena desain yang lebih sederhana. Mancinelli mengakui, “Kerugian ganda, dalam arti tertentu,” sambil mengakui bahwa preferensi Paus Fransiskus untuk kesederhanaan telah menyebabkan penurunan dalam bisnisnya. Meski demikian, Mancinelli tetap menghargai perubahan tersebut sebagai bagian dari evolusi Gereja.
Kesederhanaan dan Inklusivitas: Dua Sisi dari Satu Koin
Filippo Sorcinelli dan Raniero Mancinelli, meskipun memiliki pendekatan berbeda dalam desain, keduanya mencerminkan bagaimana mode gerejawi dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. Pendekatan Sorcinelli yang kontroversial, termasuk upayanya dalam memberdayakan komunitas LGBT+ melalui desainnya, dan perubahan dalam desain busana gerejawi yang lebih sederhana menunjukkan bahwa Gereja Katolik, di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus, berusaha untuk tetap relevan dan inklusif.
Desain busana gerejawi, dalam konteks ini, bukan hanya soal estetika. Ini adalah cerminan dari nilai-nilai yang ingin ditegakkan oleh Gereja dalam era modern. Melalui karya-karyanya, Filippo Sorcinelli telah menyumbang dalam dialog global tentang bagaimana institusi agama dapat merespons perubahan sosial dan kultural. Kesederhanaan dalam desain busana bukan hanya sebuah pilihan estetika, tetapi juga bagian dari pesan yang ingin disampaikan oleh pemimpin Gereja Katolik di zaman ini. (nid)