KANAL24, Malang – Indonesia memiliki akar panjang dalam dunia keris sebagai senjata yang eksis dari berabad lampau hingga kini. Diera digital ini eksistensi pengrajin, mpu keris belum hilang ditelan zaman. Salah satunya Mpu Fanani dari Singosari Kabupaten Malang yang sudah lebih dari 25 tahun menekuni pembuatan tosan aji termasuk keris.
“Ketertarikan saya bermula sekitar tahun 1996 di Surabaya ada daerah di Manyar Sabrangan seorang pembuat tosan aji yang memiliki beberapa santri. Disitu saya mulai tertarik untuk ikut belajar,” kata Mpu Fanani, Minggu (17/11/2024).
Motivasi awal Fanani adalah pada dunia perdagangan tosan aji yang memiliki pangsa pasar besar. Dirinya tertarik untuk dapat membuat tosan aji seperti tombak dan keris yang laku untuk dijual.
Dari perjalanan panjangnya, kini Mpu Fanani memiliki tempat tersendiri di Singosari untuk membuat keris.
“Sampai saat ini saya masih terus belajar dan belajar,” ujarnya merendah.
Dunia tosan aji terutama keris menurut Mpu Fanani masih menarik dan tidak pernah sepi hingga saat ini. Apalagi sejak UNESCO menetapkan keris sebagai warisan budaya tahun 2005. Sejak itu bermunculan paguyuban tosan aji termasuk keris diberbagai daerah.
“Untuk keris memang hingga saat ini tidak pernah sepi. Apalagi sejak UNESCO itu lalu diberbagai daerah muncul paguyuban tosan aji termasuk keris,” ujarnya.
Kondisi tersebut membuat dunia keris masih terjaga secara budaya maupun ekonomi. Permintaan dan penjualan keris terus berdatangan termasuk kepada dirinya.
“Permintaan untuk membuat keris masih terus ada sehingga eksistensi mpu juga ada walaupun tidak banyak,” pungkas Mpu Fanani.
Pertemuan rutin, pameran tosan aji kini cukup marak diberbagai daerah sehingga perdagangan dan pelestarian budaya keris masih berjalan.(sdk)