KANAL24, Jakarta – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menilai pandemi COVID-19 telah meningkatkan ketahanan pasar modal Indonesia. Kondisinya terus berangsur membaik dibandingkan kondisi saat awal pandemi melanda Tanah Air.
“Kini kita patut bersyukur, ujian pandemi telah meningkatkan ketahanan pasar modal kita,” ujar Wimboh saat penutupan perdagangan bursa 2020, Rabu (30/12/2020).
Menurutnya, pasar saham kembali stabil dan berangsur pulih, meskipun IHSG kemarin ditutup di level 6.036,17 atau secara year to date terkoreksi 4,18 persen. Namun capaian tersebut mengalami kenaikan sebesar 53,7 persen dibandingkan level terendahnya pada 24 Maret lalu.
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) pun, lanjut Wimboh, terus menguat, dengan imbal hasil atau yield turun 108 basis poin ( year to date ) dan masih terbilang menarik di antara negara-negara sekawasan.
“Penurunan yield ini merupakan insentif bagi korporasi untuk menggalang dana lebih murah melalui penerbitan surat utang di pasar modal. Dengan dukungan rezim suku bunga rendah, saat ini merupakan momentum bagi kebangkitan pasar modal Indonesia,” kata Wimboh, seperti dikutip Antara.
Wimboh menilai, pandemi yang terjadi hampir sepanjang 2020 tidak serta merta menyurutkan semangat para pelaku industri pasar modal untuk mengambil momentum, dalam mencatatkan pencapaian yang mengindikasikan semakin dalamnya industri pasar modal nasional.
Di tengah arus dana keluar asing di pasar modal yaitu Rp47,89 triliun di pasar saham per 29 Desember 2020 lalu, dan Rp86,83 triliun di pasar SBN per 28 Desember lalu, IHSG masih mampu menunjukkan penguatan yang didorong oleh investor domestik, termasuk investor ritel.
“Dari sisi demand , tahun 2020 menjadi tahun kebangkitan bagi investor ritel domestik, mengingat investor domestik, khususnya investor ritel, semakin mendominasi transaksi saham,” ujar Wimboh.
Ia menambahkan pasar modal domestik juga tercatat semakin likuid dan dalam, yang tercermin dari naiknya rata-rata frekuensi perdagangan menjadi yang tertinggi di ASEAN. Kenaikan jumlah investor pasar modal menjadi 3,87 juta investor, atau naik 56 persen dibandingkan tahun lalu, dan dominasi investor ritel semakin solid.
Di sisi suplai, antusiasme korporasi untuk menggalang dana melalui penawaran umum ternyata masih terjaga di masa pandemi.
Sepanjnag 2020 terdapat 53 emiten baru. Dari jumlah tersebut 51 perusahaan telah tercatat di bursa dan menjadi yang tertinggi di ASEAN. Total penghimpunan dana melalui penawaran umum di tahun 2020 mencapai Rp118,7 triliun.(sdk)