Menjelang akhir tahun baru, adalah momen yang ditunggu-tunggu bagi semua kalangan masyarakat. Bagaimana tidak? Waktu liburan sangat panjang, bahkan mendapat Thr tambahan menjelang akhir tahun.
Momen-momen seperti ini biasanya dimanfaatkan untuk liburan mengisi waktu bersama keluarga, sekedar mengitirahatkan raga dan jiwa sejenak setelah 1 tahun mengalami hari-hari yang lelah karena bekerja, ataupun pulang ke kampung halaman untuk melepas rasa rindu kepada keluarga. Tidak heran, ketika akhir tahun, tiket kereta api, bis dan alat-alat transportasi lainnya ludes habis terjual. Pada akhirnya, tidak sedikit orang yang menggunakan alat transportasinya sendiri, seperti mobil atau motor, yang menyebabkan kemacetan yang ada di jalanan.
Dengan meningkatnya tingkat kemacetan di akhir tahun, tingkat kecelakaan juga dapat meningkat juga. Itulah mengapa pemerintah mengadakan operasi zebra, yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban serta kelancaran dalam berlalu lintas. Di samping itu juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas. Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Yusuf mengatakan “Pada prinsipnya, setiap pelanggaran lalu lintas terutama yang membahayakan keselamatan pengendara akan kita tindak,” ungkapnya kepada wartawan.
Menurut historia.id, Gagasan Operasi Zebra berasal dari Brigadir Jenderal Soedarmadji, Kepala Daerah Polisi Irian Jaya. Pada saat itu, Soedarmadji melihat banyak pengendara bermotor di Irian Jaya sering mengabaikan peraturan dan rambu lalu-lintas. “Jumlah kendaraan pada waktu itu tercatat kurang lebih 20.000 buah, paling banyak sepeda motor,” tulis Redaksi Suara Pembaruan dalam Rekaman Peristiwa 85.
Jumlah kendaraan ini tidak banyak untuk wilayah seluas Irian Jaya. Tetapi angka pelanggaran lalu-lintas dan kecelakaan sangat tinggi. Soedarmadji memikirkan cara bagaimana menumbuhkan kesadaran taat dan tertib dari para pengendara. Menurut Soedarmadji, taat dan tertib berguna untuk mengurangi angka kecelakaan. Soedarmadji akhirnya mengusulkan operasi penertiban perilaku berkendara dengan sandi Zebra.
Soedarmadji mengibaratkan masalah lalu-lintas sebagai gunung es. Sebagian tampak, lainnya tidak tampak karena tenggelam di bawah. Yang tampak itulah yang hanya bisa dijangkau oleh wewenang polisi. Sisanya, yang tak terlihat, bukanlah wewenang polisi, melainkan lembaga pendidikan, Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Raya, Pekerjaan Umum, dan Perparkiran.
Target polisi untuk operasi zebra sendiri ada 12, yaitu : (1) pengendara yang tidak memiliki SIM, (2) Kendaraan yang tidak dilengkapi STNK, (3) Melawan arus lalu lintas, (4) Tidak menggunakan helm SNI bagi pengendara motor, (5) Mengemudikan mobil tidak dengan menggunakan sabuk pengaman, (6) Menggunakan HP saat mengemudi, (7) Berkendara di bawah umur, (8) Berkendara sepeda motor berboncengan lebih dari 2 orang, (9) Kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan, (10) Kendaraan yang tidak dilengkapi perlengkapan standar, (11) Berkendara di bawah pengaruh alkohol, (12) Kendaraan bermotor yang memasang sirine atau rotator. Kode operasi zebra tiap wilayah di indonesia pun berbeda seperti semeru untuk jawa timur, toba untuk sumatera utara, siginjai untuk jambi dan masih banyak lagi.
Dengan semua persiapan yang sudah dilakukan, efektifkah apabila operasi zebra ini dilakukan di indonesia? Tahun ini, operasi zebra di jawa timur, atau operasi zebra semeru 2019 diadakan selama 14 hari, dimulai pada tanggal 23 oktober- 5 november 2019. Menurut satlantas polrestabes surabaya, mereka mengeluarkan 29.104 tilang dan 104 imbauan kepada para pelanggar lalu lintas di jalan selama operasi zebra semeru 2019.
Namun yang mengecewakan, diantara 29.104 tilang pelajar menjadi yang paling banyak melanggar di operasi zebra semeru 2019 ini. Jumlah pelajar yang melanggar ada 9.603 pelanggar, disusul dengan karyawan swasta dengan 8.225 pelanggar. Dari yang tidak memiliki SIM, tidak memakai helm, penggunaan motor yang tidak standar bahkan beberapa melawan arus. Bagaimana
dengan di wilayah lain?Operasi zebra jaya 2019, bekasi, digelar dengan waktu yang sama dengan operasi zebra semeru 2019, mendapatkan 117.895 kendaraan, baik roda empat maupun roda dua, terkena tilang karena melanggar berbagai aturan lalu lintas, jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelunya, yaitu 110.058 kendaraan yang ditilang, yang jika dipresentasikan mendapat angkka 7%, menurut Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Fahri Siregar.
Dari hasil operasi zebra diatas terlihat bahwa masih banyak rakyat indonesia yang melanggar tata tertib saat berlalu lintas. Namun, dengan banyaknya perolehan pelanggar saat operasi zebra 2019, angka kecelakaan pun dapat berhasil dikurangi.
Dikutip dari surabaya inside, Menurut AKP Ari Galang Saputro, Kasatlantas Polres Malang Kota, sabtu (26/10) mengungkapkan bahwa angka kecelakaan dari tahun lalu berkurang hingga 60%. “ Selama 2018 ada 90 korban meninggal akibat kecelakaan, sedangkan di tahun ini ada 66 korban meninggal. Mayoritas pengguna kendaraan roda dua. Mudah-mudahan sampai akhir tahun ini angka kecelakaan bisa terus ditekan demi terwujudnya zero accident” tambahnya.
Sebuah kemajuan dari masyarakat ketika diadakan operasi zebra, karena dengan diadakannya operasi zebra, kepatuhan masyarakat akan tata tertib lalu lintas menjadi meningkat. Hal ini juga dapat meningkatkan kehati-hatian dalam berkendara, dan tidak akan melakukan hal semena-mena, seperti melawan arus, melanggar marka jalan, melanggar lampu lalu lintas dan masih banyak lagi.
Seharusnya, dengan ada dan tidak adanya operasi zebra ini masyarakat sudah paham dengan tata terbib dalam berlalu lintas, karena tata tertib dibuat bukan hanya untuk dilihat, tetapi untuk dibaca dan dipahami serta mengimplementasikannya didalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, angka kecelakaan yang ada didalam negeri kita tercinta ini akan berkurang, dan akan menjadi lebih tertata melihatnya. Tidak ada yang mengemudi melebihi kecepatan yang sudah ditentukan, mematuhi marka yang ada, mengendarai sesuai dengan standar umur yang telah ditentukan, bukankah jika kita mematuhi peraturan suasana akan menjadi aman dan tentram? Tidak akan ada perkelahian untuk saling menyalahkan ketika terjadi kecelakaan, tidak akan ada yang saling menyalahkan pula.
Kesadaran akan pentingnya keselamatan ini bukanlah ketika dijalankannya operasi zebra, tetapi dengan adanya maupun tidak adanya operasi ini, kita sebagai masyarakat yang bermartabat dan berjiwa pancasila, seharusnya sudah sadar akan apa yang akan kita lakukan, karena yang merasakan dampaknya adalah kita sendiri, keluarga kita, maupun negara kita.
Penulis : Aura Aulia Insyirah, Mahasiswa Ilmu keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya