KANAL24, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) kembali melanjutkan tren negatifnya hari ini. Dibuka melemah 5.948, pada rehat perdagangan sesi I (Rabu, 22/5),IHSG terkoreksi 0,32 persen menjadi 5.932. Meski sempat rebound di level tertinggi 5.966 namun IHSG kembali jatuh. Level terendah IHSG yaitu 5.918 sepanjang perdagangan hari ini.
Dimungkinkan melemahnya IHSG ini berkaitan dengan aksi penolakan para pendukung atau demonstran atas hasil pemilihan umum (Pemilu) yang telah diumumkan oleh Komisi Pemilu Umum (KPU). Sebanyak 200 emiten mendorong pelemahan IHSG , 148 emiten menahan laju pelemahan dan 145 emiten stagnan.
Seluruh sektor juga tercatat mengalami pelemahan dengan dipimpin oleh sektor perkebunan yang melemah 0,91 persen menjadi 1.354, konsumer melemah 0,75 persen menjadi 2.352, manufaktur melemah 0,70 persen mnejadi 1.432, aneka industri melemah 0,67 persen menjadi 1.213 dan properti melemah 0,63 persen menjadi 438.
Dilanjutkan sektor industri dasar melemah 0,57 persen menjadi 708, pertambangan melemah 0,22 persen menjadi 1.621, keuangan melemah 0,06 persen ke level 1.193, infrastruktur melemah 0,07 persen menajdi 1.080 dan sektor perdagangan melemah 0,05 persen menjadi 789.
Adapun saham yang teraktif hingga rehat siang ini adalah BMRI dengan mencatatkan nilai transaksi Rp120,67 miliar, BBCA Rp61,04 miliar, TGRA Rp39,88 miliar, GGRM Rp34,33 miliar, dan KREN Rp22,94 miliar.
Sementara itu barisan saham yang terkuat versi Kompas100 adalah ACES (2,74 persen), INCO (1,97 persen), AKRA (1,75 persen), FASW (1,51 persen), dan PTBA (1,42 persen).
Sementara itu emiten yang stagnan diantaranya adalah SIDO, WTON, PPRO, CLEO dan BEST
Kemudian untuk emiten yang terkoreksi paling dalam adalah SSMS (-4,90 persen), INKP (-3,57 persen), BBNI (-3,20 persen), EEXCL (-3 persen), dan TKIM(-2,93 persen).
Dari market statistik, investor asing dominan membeli saham yang diperdagangankan dengan nilai (nett buy) sebesar Rp814,21 miliar atau setara 10,69 juta lot. Adapun saham yang paling banyak diborong mereka adalah BMRI senilai Rp120,7 miliar setara 16,5 juta lembar saham, BBCA Rp61 miliar sebanyak 2,2 juta lembar saham dan ASII Rp64,7 miliar setara 9,3 juta lembar saham. (sid)