KANAL24, Malang – Volume air di Indonesia yang diperkirakan mencapai 2,783 billion M3/pertahun belum terdistribusi dengan baik dalam penggunaanya. Padahal air merupakan salah satu sumber daya energi yang banyak dibutuhkan dalam berbagai kegiatan industri dan masyarakat. Untuk itu pemerintah melalui Kementrian PUPR telah memiliki enam program strategis dalam pengelolaan air.
Hal tesebut diungkapkan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pada kegiatan ICWRDEP yang ke–4 (The 4nd International Converence of Water Resources Development and Enviromental Protection) yang diadakan oleh Jurusan Pengairan Fakultas Teknik UB, Sabtu (7/8/2021).
Dalam presentasi yang dibacakan oleh Prof. Dr. Ir. Eko Winar Irianto, MT Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Basuki menyebut Indonesia memiliki kurang lebih 7900 sungai dan lebih dari 800 danau. Namun jika dilihat dari kondisi saat ini terdapat beberapa daerah yang mengalami defisit dan kritis.

“Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan beberapa wilayah di Sulawesi saat ini dalam kondisi kritis dan defisit. Ini membutuhkan perhatian bersama,” kata Basuki.
Untuk itu saat ini pemerintah melalui Kementrian PUPR telah memiliki enam strategi besar dalam pengelolaan sumber daya perairan.
Pertama, adalah dengan melakukan pembangunan bendungan pada tahun 2020-2024 yang ditargetkan sebanyak 61 bendungan bisa beroperasi. Pada tahun 2020 sudah beroperasi bendungan di Tapin, Tukul dan Napun Gete dan tahun ini direncanakan bendungan Paselloreng Dam, Margatiga, Ciawi, Way Sekampung selesai. Dari 61 bendungan tersebut dapat menampung 3.836,39 miliar kubik air untuk keperluan seperti irigasi, pengelolaan pangan,pembangkit listrik.
Selanjutnya adalah pengembangan pangan terintegrasi (fod estate) di Kalimatan Tengah dan dukungan pengelolaan air untuk Kawasan Industri Batang (KIT).
Pengembangan Kawasan Super Prioritas Nasional (KSPN) kawasan pariwisata juga menjadi agenda PUPR dalam pengelolaan airnya baik dalam hal dukungan kebutuhan sarana pariwisata tersebut maupun pengelolaan dari banjir.
“Seperti pembangun sarana pengendali banjir sungai Bogowonto untuk mendukung keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta dalam KSPN Borobudur,” lanjutnya.
Sedangkan yang keenam adalah strategi lain yang erat kaitannya dengan pengendalian air seperti pengendalian rob di pantura Jawa, pengendalian banjir di Jabodetabekpunjur, penatan kawasan sungai citarum.
“Dibutuhkan keterlibatan semua pihak termasuk komunitas akademik dalam penanganan sumber daya iar yang memiliki karakteristik beragam di Indonesia, “ pungkas Basuki. (sdk)