KANAL24, Malang – Pendapatan PNPB Universitas Brawijaya mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibanding tahun sebelumnya. Pendapatan-pendapatan itu terdiri dari pendapatan jasa layanan, pendapatan hibah, pendapatan kerja sama dan pendapatan BLU lainnya.
Pendapatan terbesar didapat dari Pendapatan Jasa Layanan yakni sebesar Rp 962,371 milyar. Sedangkan pendapatan yang meningkat secara signifikan adalah Pendapatan BPU yang mana tahun ini sebesar Rp 62,651 milyar. Pendapatan ini jauh meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 17,31 milyar.
Kepada kanal24.co.id Selasa (7/1/2020) Prof. Dr. Shihabudin,SH., MH selaku Direktur Utama BPU UB mengatakan bahwa pendapatan yang relatif meningkat berasal dari bidang usaha khususnya RS UB dan BUNA. Untuk RS UB sendiri tahun ini menghasilkan Rp19 milyar yang disebabkan peningkatan pasien. Pendapatan lainnya berasal dari BUA yakni kit yang telah diambil oleh Biofarma sebanyak 2.500 tetapi belum dibayar. Kit adalah alat pendeteksi diabetes secara dini. Kit dijual seharga Rp 250 ribu per unitnya.
“Dengan adanya peningkatan ini, kita harapkan dapat membantu UB dalam mengurangi biaya operasionalnya tanpa harus menaikkan UKT mahasiswa. Namun, unit-unit usaha yang berada dalam naungan UB belum bisa memproduksi sendiri karena belum mempunyai badan hukum. Selain itu, pengembangannya bermasalah karena masih dikelola dosen, padahal untuk gerak cepat membutuhkan tenaga yang professional,” jelas Shihab.
Kedepannya, BPU akan menambah unit seperti LPH (Lembaga Pemeriksa Halal), premi, dan merchandise dari (BUNA) berupa batik dengan label Brawijaya. Premi adalah jaminan kesehatan bagi mahasiswa UB yang belum memiliki BPJS atau kartu sehat dari pemerintah.
“Dengan adanya peningkatan ini, semua kegiatan dari segala unit bisa tertata, tertib, transparan, dan dapat mewujudkan motto Brawijaya yakni Entrepreneurial University,” tutupnya. (fib)