Kanal24, Malang – Di tengah meningkatnya seruan internasional untuk evakuasi warga Gaza akibat agresi militer Israel yang tiada henti, pengamat politik luar negeri Universitas Brawijaya (UB), Adhi Cahya Fahadayna, S.Hub.Int., M.S., menegaskan bahwa langkah evakuasi bukanlah solusi. Justru, menurutnya, evakuasi bisa menjadi celah bagi penghapusan eksistensi masyarakat Gaza sebagai bagian dari Palestina yang merdeka.
Dalam wawancaranya, Adhi menyatakan bahwa langkah evakuasi atas nama kemanusiaan memang terlihat sebagai tindakan penyelamatan, namun perlu diwaspadai sebagai bentuk pengaburan atas hak-hak rakyat Palestina. “Gaza saat ini bukan hanya butuh evakuasi. Gaza butuh pengakuan. Yang mereka perlukan adalah dukungan internasional, pengakuan bahwa Gaza adalah bagian dari tanah merdeka Palestina,” tegasnya.
Baca juga:
Israel – Hamas Capai Kesepakatan Damai

Adhi mengingatkan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah tekanan terhadap Israel agar menghentikan kejahatan perang, bukan justru memuluskan rencana pengosongan wilayah lewat jalur evakuasi. Ia menyebut bahwa pengusiran warga, baik dengan kekerasan atau dengan dalih kemanusiaan, pada dasarnya tetap bertujuan menghilangkan keberadaan rakyat Gaza dari tanah kelahirannya.
a. Analogi Sejarah Indonesia
Dengan penuh semangat, Adhi membandingkan situasi Gaza dengan perjuangan Indonesia saat menghadapi agresi militer Belanda tahun 1949. “Bayangkan jika waktu itu para pemimpin kita memilih untuk dievakuasi atau menyerah. Indonesia mungkin tidak akan pernah merdeka,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat Gaza saat ini sedang mempertahankan eksistensinya sebagaimana para pejuang Indonesia dulu. “Mereka tetap bertahan meski kalah secara militer. Karena yang mereka jaga adalah keberadaan dan kedaulatan,” lanjut Adhi.
b. Eksistensi, Bukan Pengungsian
Evakuasi besar-besaran, tambah Adhi, bisa berujung pada hilangnya hak atas tanah air. “Kalau mereka pergi, tanahnya akan kosong. Dan seperti yang kita tahu, kekosongan itu akan segera diisi. Mereka tidak akan dianggap warga Gaza lagi jika kembali nanti,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa dukungan yang seharusnya diberikan adalah bentuk solidaritas untuk menjaga keberadaan Gaza baik secara geografis maupun identitas sosial. “Ini bukan semata persoalan kemanusiaan, ini soal eksistensi. Jangan sampai kita ikut dalam permainan Israel yang ingin menghapus Gaza dari peta Palestina.”
c. Dukungan Internasional dan Harapan Damai
Adhi tetap optimis bahwa jalan damai masih memungkinkan, asalkan ada konsolidasi dukungan internasional. Namun ia juga menyayangkan kurangnya solidaritas dari negara-negara Timur Tengah yang kini sibuk dengan isu domestik masing-masing. “Padahal jika dukungan politik dan diplomatik kompak, masalah ini bisa diarahkan ke penyelesaian damai lewat negosiasi atau arbitrasi.”
Baca juga:
Setahun Boikot Produk Israel: Serba-serbi dan Tips Pilihan Produk
Lebih jauh, ia mengajak masyarakat dunia untuk terus memberikan dukungan nyata dalam bentuk donasi, advokasi, maupun kampanye kemanusiaan. Ia juga mengapresiasi langkah Kedutaan Palestina di Indonesia yang membuka saluran donasi resmi.
“Sekarang bukan waktunya kita diam. Gaza membutuhkan kita semua. Bukan untuk dievakuasi, tapi untuk dijaga eksistensinya. Seperti kita dulu menjaga kedaulatan Republik Indonesia,” pungkasnya. (nid/rey)