KANAL24, Malang – Salinitas tanah merupakan salah satu ancaman bagi keberlanjutan pertanian hampir semua negara di dunia termasuk Indonesia. Salinitas pada tanah di Indonesia umumnya terjadi di lahan pertanian dekat pantai, yang disebabkan oleh intrusi air laut sebagai akibat meningkatnya permukaan air laut karena perubahan iklim, pencemaran limbah, dan eksploitasi air tanah juga merupakan penyebab terjadinya salinitas tanah. Fenomena ini disikapi oleh Prof. Dr. Ir. Nurul Aini, M.S untuk mencari strategi pengelolaan produksi tanaman untuk peningkatan produktivitas lahan salin, yang juga menjadi judul orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor bidang Ilmu Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
“Banyak tanaman yang mengalami cekaman salinitas menunjukkan penurunan pertumbuhan dan hasil. Hal ini dikarenakan kadar garam tinggi dan turunnya potensial air tanah, sehingga menghambat penyerapan air dan unsur hara oleh akar tanaman. Karena itu perlu upaya peningkatan hasil per satuan luas lahan yaitu dengan meningkatkan Nilai Kesetaraan Lahan, melalui pengaturan pola tanam yang tepat,” ujarnya pada konferensi pers, Selasa (29/6/2021) secara daring.
Agar lahan yang mengalami salinitas dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman dengan hasil tinggi, maka perlu penanganan secara simultan baik dari sisi pendekatan tanaman atau pendekatan modifikasi lingkungan. Upaya penanggulangan secara terpadu yang dapat diaplikasikan pada lahan salin meliputi pengembangan varietas tanaman yang relatif toleran yang mampu tumbuh dan berproduksi tinggi pada lahan salin, pemanfaatan bakteri endemik salin yang dapat membantu meningkatkan toleransi tanaman, perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, melalui aplikasi amelioran baik berupa mineral maupun bahan organik, dan pengaturan pola tanam, untuk meningkatkan produktivitas lahan salin per satuan melalui peningkatan Nilai Kesetaraan Lahan atau NKL.
Profesor ke-282 Universitas Brawijaya itu menegaskan, harapan pengembangan penelitian ke depan adalah bagaimana produktivitas lahan sub-optimal ini lebih ditingkatkan dengan teknik-teknik secara multidisiplin antara lain, di bidang Pemuliaan Tanaman melalui pemilihan dan perakitan varietas tanaman yang toleran. Kemudian, di bidang Bioteknologi dan Molekuler dengan aplikasi mikroorganisme toleran salin untuk meningkatkan ketahanan tanaman pada kondisi stres salin. Ketiga, di bidang Ilmu Tanah dengan penggunaan amelioran organik dan anorganik, serta bioremediasi. Keempat, pemetaan Lahan dan modeling menggunakan Geographic Information System (GIS), untuk mengetahui ditribusi lahan salin. Terakhir, di bidang Ilmu Sosial Budaya dengan meningkatkan kedasaran petani dan mempertimbangkan aspek sosial budaya petani setempat. (Meg)