KANAL24, Jakarta – Tahun 2020 lalu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyalurkan kredit sebesar Rp938,37 triliun tumbuh 3,89 persen year on year (yoy).
Angka ini jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional di tahun 2020. OJK memperkirakan pertumbuhan kredit di tahun 2020 minus 1-2 persen.
Direktur Utama BBRI, Sunarso, mengatakan dari jumlah kredit yang disalurkan itu tercatat kredit mikro BRI tumbuh double digit sebesar 14,18 persen. Lalu kredit kecil dan menengah tumbuh 3,88 persen dan kredit konsumer tumbuh 2,26 persen. Kinerja positif tersebut berdampak pada peningkatan porsi atau portofolio kredit UMKM BRI yang menyentuh angka 82,13 persen dari total seluruh kredit BRI.
“Tantangannya sekarang adalah mencari sumber pertumbuhan baru. Strateginya yakni BRI akan fokus di dua area, pertama, yang existing kita naik kelaskan. Kedua, cari sumber pertumbuhan baru, yaitu mencari yang lebih kecil daripada mikro,” kata Sunarso dalam keterangannya, Jumat (29/1/2021).
BRI juga mampu menjaga tingkat kredit bermasalah (non performing loan / NPL) sebesar 2,99 persen dengan NPL coverage mencapai 237,73 persen. Besarnya pencadangan ini merupakan bentuk strategi perseroan untuk menjaga kinerjanya agar terus tumbuh secara sustainable melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik.
Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 9,78 persen menjadi sebesar Rp1.121,10 triliun, dengan komposisi dana murah (CASA) mencapai 59,67 persen. Kuatnya fundamental membuat perseroan mencatatkan laba sebesar Rp18,66 triliun atau meningkat sebesar 14,02 persen (QoQ) jika dibandingkan dengan kuartal III tahun 2020. Sementara untuk aset perseroan hingga akhir Desember 2020 mencapai Rp1.511,81 triliun.
Sunarso menegaskan bahwa kondisi permodalan BRI Group semakin kuat dengan CAR (Capital Adequacy Rasio) berada di level 21,17 persen. Tahun ini pihaknya optimistis kredit mampu tumbuh lebih baik di atas rata-rata industri nasional. Optimisme ini didasarkan pada faktor pendukungnya yakni LDR (loan depocit rasio) yang masih terjaga di level 83,70 persen.
“Ini sejalan dengan perbaikan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga yang menjadi faktor utama pendorong permintaan kredit,” kata Sunarso.(sdk)