Kanal24 – Kenaikan harga properti di Indonesia telah menjadi masalah besar bagi generasi muda, khususnya mereka yang berasal dari generasi “sandwich”. Menurut riset, harga rumah di beberapa daerah, termasuk Jakarta Barat, telah meningkat drastis, dengan kenaikan mencapai 40% dalam satu tahun. Misalnya, rumah yang tadinya seharga Rp800 juta bisa melonjak menjadi Rp1,2 miliar hanya dalam waktu singkat. Tingginya harga properti ini membuat banyak orang harus menabung selama bertahun-tahun hanya untuk bisa memiliki rumah.
Di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar, seseorang harus menabung hingga 20 kali pendapatan tahunan mereka untuk bisa membeli rumah. Jika rata-rata pendapatan per tahun adalah Rp60 juta, maka harga rumah yang harus mereka kumpulkan bisa mencapai Rp1,2 miliar. Kondisi ini sangat memberatkan, terutama bagi mereka yang masih memiliki tanggungan keluarga atau kebutuhan lainnya.
Harga Rumah yang Semakin Tidak Terjangkau
Realitas mahalnya harga rumah di kota-kota besar di Indonesia. Menurut riset, harga rumah di beberapa daerah, termasuk Jakarta Barat, telah meningkat drastis, dengan kenaikan mencapai 40% dalam satu tahun. Misalnya, rumah yang tadinya seharga Rp800 juta bisa melonjak menjadi Rp1,2 miliar hanya dalam waktu singkat. Tingginya harga properti ini membuat banyak orang harus menabung selama bertahun-tahun hanya untuk bisa memiliki rumah.
Di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar, seseorang harus menabung hingga 20 kali pendapatan tahunan mereka untuk bisa membeli rumah. Jika rata-rata pendapatan per tahun adalah Rp60 juta, maka harga rumah yang harus mereka kumpulkan bisa mencapai Rp1,2 miliar. Kondisi ini sangat memberatkan, terutama bagi mereka yang masih memiliki tanggungan keluarga atau kebutuhan lainnya.
Faktor Penyebab Kenaikan Harga Rumah
Terdapat beberapa alasan utama di balik naiknya harga rumah yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Salah satunya adalah tingginya permintaan dibandingkan dengan pasokan lahan yang terbatas, terutama di kota-kota besar. Pertumbuhan populasi yang cepat dan urbanisasi membuat tanah di daerah perkotaan semakin mahal. Selain itu, faktor inflasi juga ikut memengaruhi, meskipun di beberapa sektor terjadi deflasi, harga properti cenderung tetap naik.
Pembangunan infrastruktur besar-besaran, seperti MRT dan LRT, juga turut meningkatkan harga properti, terutama di daerah yang dekat dengan akses transportasi tersebut. Namun, yang tak kalah penting, rumah juga dianggap sebagai aset investasi oleh banyak orang kaya, sehingga persaingan untuk memiliki properti semakin ketat.
Dilema: Sewa atau Beli Rumah?
Banyak orang dari generasi muda yang menghadapi dilema antara menyewa atau membeli rumah. Biaya tambahan seperti pajak, asuransi, dan biaya notaris bisa membuat harga rumah yang sebenarnya jauh lebih tinggi dari perkiraan awal. Misalnya, untuk rumah senilai Rp1 miliar, pembeli bisa dikenai biaya tambahan hingga Rp100 juta atau lebih untuk menyelesaikan transaksi.
Namun, di balik semua tantangan tersebut, memiliki rumah dianggap sebagai langkah penting bagi banyak orang. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai aset yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya. Dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit diprediksi, banyak orang melihat properti sebagai salah satu bentuk investasi paling aman.
Perencanaan Finansial yang Matang
Bagi mereka yang memiliki impian untuk membeli rumah, perencanaan keuangan yang matang sangatlah penting. Selain menyadari besarnya biaya yang harus dikeluarkan, pembeli juga perlu mempertimbangkan kondisi keuangan jangka panjang, terutama mengingat kemungkinan adanya perubahan di dunia kerja akibat perkembangan teknologi seperti AI.
Dalam beberapa tahun ke depan, pekerjaan dengan pendapatan tetap bisa semakin langka. Oleh karena itu, memiliki aset fisik seperti rumah bisa menjadi salah satu cara untuk mengamankan masa depan finansial. Bagi mereka yang memiliki dana cukup, membeli rumah bisa menjadi langkah yang bijak dalam menghadapi tantangan ekonomi di masa depan. (nid)