Oleh : Noval Adib
Sesungguhnya banyak jurus dalam berinvestasi atau trading di pasar modal. Dari yang biasa diajarkan di kelas-kelas matakuliah manajemen investasi dan pasar modal di bangku kuliah seperti analisis fundamental dan analisis teknikal sampai jurus yang ‘tidak bisa diajarkan di bangku kuliah’ dan hanya diajarkan di forum-forum group saham seperti bandarmology, netting, fishing, scalping dan lain-lain. Tentu bagus mempelajari jurus investasi/trading saham sebanyak mungkin, namun untuk mempraktekkannya secara rutin sehari-hari itu soal lain lagi.
Dan ini masalahnya: banyak investor atau trader yang secara tidak sadar mempraktekkan begitu saja semua jurus yang dia ketahui dalam berinvestasi atau trading di pasar modal. Kadang seorang investor menggunakan analisis fundamental, kadang menggunakan analisis teknikal, kadang ikut-ikutan beli saham gorengan, kadang ikut-ikutan saran dari orang lain, dan lain-lain. Akhirnya tanpa disadari investor/trader tersebut mempraktekkan banyak jurus dengan pengetahuan yang tidak mendalam alias kulitnya saja. Hal ini berakibat pada return yang dihasilkan yang tidak pernah stabil, kadang cuan besar, kadang boncos besar, sehingga antara cuan dan boncos itu akhirnya saling menegasikan.
Sebagai mahluk yang tentunya mengalami bounded rationality manusia hanya bisa membuat keputusan dengan kapasitas yang terbatas dalam menyerap dan mengolah informasi yang diperlukan sebagai bahan untuk membuat keputusan. Informasi yang diterima bisa jadi sudah banyak sekali namun ketika mau bikin keputusan maka dari sekian banyak informasi tersebut hanya sebagian yang mampu diolah sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu dalam membuat keputusan seseorang biasanya bikin keputusan yang tujuannya untuk sekedar bisa memuaskan saja (satisficing decision) daripada membuat keputusan untuk hasil yang optimal (optimum decision).
Dalam konteks investasi atau trading di pasar modal itulah mengapa kita mengenal beberapa investor atau trader ulung dengan jurus andalannya masing-masing. Warrant Buffet, yang sudah banyak orang tahu adalah investor saham yang pernah mengantarkannya menjadi orang terkaya nomor 2 di dunia, punya jurus andalan yaitu analisis fundamental. Buffet mungkin malah belepotan kalau diminta menggunakan analisis teknikal dalam berinvestasi.
Contoh lain adalah Jesse Livermore. Kontras dengan Buffet, Livermore adalah pelopor day trading dalam berinvestasi saham. Kalau Buffet menyukai untuk menyimpan saham selama bertahun-tahun, maka Livermore lebih suka trading saham secara harian. Dalam perkembangan berikutnya justeru jurus day trading ala Livermore ini, dengan berbagai varian yang ada, yang justeru banyak pengikutnya. Ini bisa dimaklumi karena kalau mau mengikuti jurus Warren Buffet maka diperlukan syarat yang cukup berat bagi kebanyakan orang, yaitu kesabaran. Maka bagi orang yang stok kesabarannya terbatas atau malah sangat terbatas maka jurus day trading ala Jesse Livermore ini adalah alternatif terbaik dalam berinvestasi/trading di pasar modal. Namun apapun itu sejarah sudah membuktikan bahwa Warren Buffet maupun Jesse Livermore telah menjadi legend di pasar modal. Keduanya telah berhasil menciptakan aliran besar dalam investasi di pasar modal, yaitu aliran fundamentalis dan aliran teknikalis. Kalau Buffet sangat setia pada analisis fundamental laporan keuangan, maka Livermore selalu fokus pada trend pergerakan harga sehari-hari. “Follow the trend. The trend is your friend”, begitu nasihat dari Jesse Livermore bagi trader saham.
Sudah tentu banyak sekali yang bisa dipelajari dari kedua guru di pasar modal tersebut. Dan salah satu pelajaran yang bisa diambil dari beliau berdua adalah pentingnya mempunyai jurus andalan dalam berburu cuan di pasar modal. Buffet seorang fundamentalis sejati, sedangkan Livermore seorang teknikalis tulen. Dan dengan jurusnya masing-masing kedua guru tersebut terbukti menjadi penghasil cuan yang fantastis di pasar modal.
Nah bagi investor atau trader pasar modal sekarang tinggal menentukan jurus apa yang mereka bisa andalkan dalam menuai cuan di pasar modal. Selain jurus fundamental dan teknikal yang sudah seperti jadi jurus dasar, masih banyak jurus lain dalam berinvestasi atau trading di pasar modal. Ada jurus bandarmology, yaitu trading dengan mengamati gerak-gerik seseorang atau pihak yang dianggap mampu menggerakkan harga saham atau biasa disebut Bandar atau market maker. Ada yang spesialis berburu saham perdana atau IPO (initial public offering), ada yang spesialis mengandalkan sentiment pasar dalam berburu cuan, dan masih banyak jurus lainnya. Jurus yang manapun baik asal didalami dengan serius dan fokus.
Investor atau trader sukses biasanya adalah mereka yang mempraktekkan satu jurus andalan daripada menerapkan berbagai macam jurus di pasar modal. Mungkin bagi pemula masih biasa mempraktekkan berbagai jurus dalam berinvestasi di pasar modal. Namun seiring dengan berjalannya waktu maka seorang investor atau trader sudah harus menentukan jurus mana yang cocok untuk dirinya sendiri dalam menghasilkan cuan dari pasar modal. Pilih satu jurus yang dirasa paling sering menghasilkan cuan, lalu dalami dengan lebih serius dan praktekkan lebih sering. Ini penting supaya learning curve yang terbentuk menjadi semakin baik, yang artinya performa seseorang akan semakin baik oleh karena seringnya latihan atau praktek. “Alah bisa karena biasa”, begitu pepatah lama mengatakan, yang artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: 1) kepandaian kalah oleh latihan, 2) sesuatu yang sukar, kalau sudah biasa dikerjakan, tidak terasa sukar lagi.
Nah, selamat mengasah sampai setajam-tajamnya jurus andalan masing-masing dalam berinvestasi atau trading di pasar modal, supaya lebih konsisten dalam menghasilkan cuan.
Penulis adalah Kepala Laboratorium Investasi dan Pasar Modal serta dosen pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Brawijaya.