KANAL24, Malang – Pertanian masa depan harus inklusif, artinya pertanian harus mengakomodasi sampai ke lapisan masyarakat bawah. Baik petani, nelayan, dan peternak dalam skala kecil maupun dalam skala besar harus didorong.
Selain itu, harus dipahami dengan presisi bahwa era hari ini adalah era penggunaan teknologi untuk meningkatkan daya saing. Demikian disampaikan oleh Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) Prof. Arif Satria pada webinar FRI Pembangunan Jangka Panjang Bidang Ketahanan Pangan yang Mandiri dan Berdaulat, rabu (16/12/2020).
Menurut Arif, teknologi-teknologi 4.0 sudah menjadi keniscayaan dan tidak bisa ditawar lagi karena hal inilah yang dapat meningkatkan kepercayaan, akurasi, presisi yang mana ini sangat diperlukan untuk mendongkrak daya saing pertanian Indonesia.
Kemudian, pertanian harus sustainable, dengan memegang prinsip-prinsip SDGs. Dalam konteks pembangunan pertanian harus didorong dan diperkuat dimensi presisi, digitalisasi, dan sustainability.
“Kita tahu bahwa bumi harus terus kita jaga. Tiga prinsip pokok tadi yang harus terus kita lakukan,” ujarnya.
Rektor IPB itu melanjutkan, isu lain yang tak kalah pentingnya yakni SDM atau regenerasi petani. Isu ini penting, karena di Indonesia rata-rata usia petani saat ini yaitu 47 tahun, tetapi 10 tahun lagi ketika petani-petani ini berusia 57 mereka akan bertanya apakah putra mereka akan bertani atau tidak.
“Mungkin putra-putra mereka akan bertani tetapi sebagai owner. Kalau sebagai owner, siapa petani penggarapnya. Oleh karena itu kita harus mempersiapkan teknologi yang kuat agar suatu saat terjadi kelangkaan buruh kita sudah bisa mengatasi,” kata Arif.
Regenerasi petani harus menjadi keniscayaan. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia harus terus dilakukan.
“Kita harus memperkuat aspek teknoprenenurship dan sociopreneurship di bidang pertanian dalam arti luas baik di dunia perikanan maupun peternakan agar memperkuat pertanian kita,” jelasnya.
Sementara itu, selaku tuan rumah, Rektor Universitas Brawijaya Prof. Nuhfil Hanani berharap webinar ini dapat menampung seluruh saran-saran dari peserta yang terhimpun dalam bidang agrokomplex dan dikemas untuk pembangunan pertanian jangka panjang.
“Mudah-mudahan hasil rangkuman nanti bisa membuahkan suatu konsep yang bisa berkontribusi pada negara untuk memperkuat kedaulatan pangan dalam jangka panjang,”pungkas ketua pokja ketahanan pangan FRI tersebut. (Meg)