KANAL24, Malang – Rabu (23/7/2019) UB mengukuhkan Guru Besar baru di gedung Widyaloka. Prof. Dr. Ir. Maftuch, M.Si Sebagai Guru Besar Bidang Ilmunologi dan Kesehatan Ikan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Maftuch merupakan Guru Besar ke 17 di FPIK dan ke 241 di UB.
Pada pengukuhan ini, Maftuch membacakan pidato ilmiahnya yang berjudul “Peran Imunologi dalam Pengembangan Kesehatan Hewan Akuakultur”
“Akuakultur dibangun dan dikembangkan dalam kerangka meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan umat manusia dan untuk menurunkan produksi perikanan tangkap agar tidak terjadi penangkapan ikan berlebihan. Usaha akuakultur mengalami gangguan terlebih dari virus, bakteri, parasit dan jamur yang menyebabkan gagal panen,” tuturnya.
Virus yang dimaksud adalah virus MBV (Monodon baculo virus) yang telah menghancurkan akuakultur udang di Indonesia. Bahkan sampai membuahkan kebijakan dikeluarkannya Keputusan Menteri Kelautan Perikanan Republik Indonesia KEP. 41/MEN/2001 Tentang Pelepasan Varietas Udang Vaname sebagai Varietas Unggul, untuk menggantikan udang windu karena dinilai sudah terinfeksi virus dan tidak mampu survive serta merugikan usaha akuakultur di Indonesia.
“Terdapat lebih dari 5 jenis virus dan koloni bakteri berbahaya yang mewabah pada udang akuakultur Indonesia. Sedangakan penyakit ikan yang mewabah di Indonesia adalah KHV (Koi Herpesvirus) dan TiLV (Tilapia Lake Virus) serta beberapa penyakit bakteria lainnya. Serangan masive virus KHV (Koi Herpes Virus) pada ikan koi tahun 2002 telah menghancurkan akuakultur ikan koi di Blitar. Sedangkan TiLV adalah virus berbahaya yang mewabah pada tilapia (Oreochromis spp.),” kata Maftuch.
“Akuakultur di Asia, Africa, Amerika tengah, Amerika selatan dan sejak tahun 2014 di Indonesia, TiLV menyebabkan kematian 10-90% tilapia benih sampai dewasa. Munculnya penyakit pada hewan akuakultur adalah suatu proses dinamis dan merupakan interaksi antara inang (udang/ikan), pathogen (virus, bakteri, parasit, jamur) dan lingkungan (Perairan),” jelas professor asal Lamongan tersebut.
“Dalam konsep imunologi, tubuh hewan akuakultur dapat mengenali setiap yang dianggap milik tubuhnya (self) dan sesuatu yang dianggap asing (non-self). Sistem ini dapat digunakan sebagai basis pendekatan diagnostik dan terapi untuk meningkatkan kesehatan hewan akuakultur,”
Pendekatan diagnostik berbasis imunologi diharapkan mampu menggunakan ekspresi aktifasi molekul dan sel (respon imunitas) sebagai early warning system untuk mendeteksi kesehatan hewan akuakultur, sedangkan implementasi dalam akuakultur diharapkan dapat menemukan instrumen pemantau yang mampu menstabilkan keadaan lingkungan agar kesehatan hewan akuakultur tetap dalam keadaan optimal.
Pendekatan terapi untuk meningkatkan kesehatan hewan akuakultur berbasis imunologi (imunostimulan dan vaksin) yang diharapkan dapat meningkatkan respon cepat tanggap kebal terhadap penyakit (innate) dan membangun respon imunitas adaptif. Pendekatan kedua terapi ini akan meningkatkan aktifasi populasi sel T-reg (CD4+CD25+ dan CD8+CD25+) dan sel memori (CD4+CD62L+ dan CD8+CD62L+) serta aktifasi sel B sebagai basis produksi antibodi.(Meg).