Kanal24, Malang – Dalam menghadapi tantangan deforestasi dan degradasi ekosistem hutan di Indonesia, Prof. Dr. Asihing Kustanti, S.Hut., M.Si., memperkenalkan model Brawijaya Smart People and Sustainable Forest (BrawijayaSPSF). Model ini merupakan puncak dari 22 tahun penelitian yang mengintegrasikan berbagai aspek dalam pengelolaan hutan, seperti karakteristik hutan, peran aktor, dan regulasi.
“Penelitian ini lahir dari keprihatinan terhadap semakin meningkatnya kerusakan hutan dan perlunya pendekatan pengelolaan yang lebih komprehensif. Model ini bertujuan tidak hanya menjaga kelestarian hutan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar,” ujar Prof. Asihing, dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar pada Selasa (25/2/2025),
Melalui BrawijayaSPSF, Prof. Asihing mengusulkan pengelolaan hutan berbasis kolaborasi multipihak dengan pendekatan yang adaptif terhadap kebutuhan lokal. Model ini diaplikasikan pada berbagai jenis hutan di Indonesia, termasuk hutan mangrove dan hutan hujan tropis, guna menjawab tantangan deforestasi dan menciptakan ekosistem yang berkelanjutan.
Mengintegrasikan Aktor, Regulasi, dan Karakteristik Hutan
BrawijayaSPSF mengedepankan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam menciptakan sistem pengelolaan hutan yang inklusif.
“Model ini dirancang untuk memadukan tiga elemen utama dalam pengelolaan hutan: aktor, regulasi, dan karakteristik hutan itu sendiri. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem pengelolaan yang tidak hanya berkelanjutan secara ekologis, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar,” jelas Prof. Asihing.
Ia juga menekankan bahwa keberlanjutan pengelolaan hutan hanya bisa dicapai melalui pendekatan holistik yang melibatkan semua pemangku kepentingan. “Hutan adalah ekosistem yang kompleks. Tanpa melibatkan masyarakat sekitar, keberlanjutan hanya akan menjadi slogan,” tegasnya.
Pendekatan Multidisiplin dan Kolaboratif
Penelitian yang menjadi dasar model ini melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk ekologi, ekonomi, dan sosiologi. Dalam implementasinya, BrawijayaSPSF mengedepankan pengembangan kebijakan berbasis bukti untuk mendukung praktik pengelolaan hutan yang lebih baik di Indonesia.
“Saya yakin pendekatan multidisiplin adalah kunci untuk menghadapi tantangan kompleks dalam pengelolaan hutan. Melalui BrawijayaSPSF, kita bisa menjawab kebutuhan ekologi tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat,” ujar Prof. Asihing.
Model BrawijayaSPSF Tingkatkan Produktivitas Lahan
Model BrawijayaSPSF telah diuji coba pada beberapa kawasan hutan di Indonesia, menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan produktivitas lahan tanpa mengorbankan keanekaragaman hayati. “Kami melihat bahwa dengan pendekatan ini, tingkat deforestasi dapat ditekan, dan masyarakat sekitar hutan mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih besar,” ungkap Prof. Asihing.
Sebagai penutup, Prof. Asihing mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendukung pengelolaan hutan yang berkelanjutan. “Keberlanjutan hutan bukan hanya tanggung jawab satu pihak, tetapi tanggung jawab kita bersama. Dengan kolaborasi yang kuat, saya yakin kita bisa menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” pungkasnya.(din)