Kanal24, Malang – Di tengah arus globalisasi, budaya menjadi senjata diplomasi yang semakin strategis. Universitas Brawijaya (UB) melalui Fakultas Ilmu Budaya (FIB) mengambil langkah untuk membawa Indonesia ke panggung dunia. Tidak hanya menjadi pemain lokal, FIB UB kini menjadi jembatan budaya antara Indonesia dan Tiongkok melalui program Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Tianjin University.
Langkah visioner ini mendapat apresiasi langsung dari Menteri Kebudayaan, Dr. H. Fadly Zon, S.S., M.Sc., yang hadir dalam sarasehan bertema RBI di FIB UB pada Senin (17/2/2025). Menteri Fadly Zon menyebut bahwa diplomasi budaya adalah kunci untuk mempererat hubungan antarbangsa di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks.
“Kami sangat menghargai langkah Fakultas Ilmu Budaya UB yang telah menginisiasi Indonesian Corner di Foreign Studies, Tianjin University. Diplomasi budaya seperti ini sangat penting, khususnya dalam mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia di negara dengan populasi besar seperti Tiongkok. Kita berharap program ini dapat memperluas minat masyarakat Tiongkok untuk mempelajari budaya kita,” ujar Fadly Zon.
Baca juga : UB Resmikan Rumah Budaya Indonesia di Tianjin, Tiongkok
Strategi Out-of-the-Box UB untuk Diplomasi Budaya
Kehadiran Menteri disambut oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Internasionalisasi UB, Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc., Wakil Rektor Bidang Akademik. Prof. Dr. Imam Santoso, M.P., Dekan FIB UB, Assoc. Prof. Hamamah, Ph.D.; serta jajaran pimpinan fakultas. Dalam sambutannya, Menteri Fadly Zon menekankan perlunya sinergi antara perguruan tinggi dengan berbagai pihak, termasuk Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, untuk menjadikan RBI sebagai pusat kebudayaan yang lebih besar dan sistematis. Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya adaptasi budaya digital dalam mendukung promosi budaya Indonesia secara global.
“Kita harus beradaptasi dengan teknologi informasi dan komunikasi. Budaya digital tidak bisa dihindari. Mulai dari animasi hingga video game, semua adalah produk budaya yang perlu kita manfaatkan sebagai bagian dari promosi. Selain itu, koleksi warisan budaya juga harus didigitalisasi agar dapat diakses secara luas,” tambahnya.
Wakil Rektor UB, Prof. Andi Kurniawan, menegaskan bahwa langkah-langkah kreatif dan kolaboratif diperlukan untuk memperluas dampak diplomasi budaya yang dilakukan. Menurutnya, UB telah memulai dengan strategi konvensional, namun untuk dampak lebih besar, pendekatan yang out-of-the-box diperlukan.
“UB berencana menggandeng perusahaan-perusahaan di Tiongkok untuk mendukung pengembangan RBI melalui Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, kami juga mengembangkan program-program khusus untuk memfasilitasi investasi dan pemahaman lintas budaya antara Indonesia dan Tiongkok,” kata Prof. Andi.
Ia juga menjelaskan bahwa program RBI menjadi bagian penting dari upaya Universitas Brawijaya untuk memperkuat posisinya sebagai universitas berdaya saing global. Saat ini, UB telah menjalin kerjasama strategis dengan berbagai universitas di Tiongkok, termasuk Peking University, dengan fokus pada pendidikan Bahasa Indonesia.
Baca juga : FIB UB Gandeng Peking University Kembangkan Industri Budaya Indonesia-China
Diplomasi Budaya sebagai Jembatan Bilateral
Dekan FIB UB, Assoc. Prof. Hamamah, Ph.D., menjelaskan bahwa visi program RBI adalah membangun diplomasi budaya yang lebih intensif, terutama mengingat sejarah hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok. Ia menyebut bahwa inisiatif ini adalah langkah awal yang bertujuan meningkatkan kesepahaman antarbangsa melalui budaya.
“RBI ini adalah langkah resiprokal dari Fakultas Ilmu Budaya UB, mengacu pada model Confucius Institute milik Tiongkok. Bedanya, RBI yang kami inisiasi tidak bersifat statis seperti museum, melainkan menjadi hub kegiatan budaya, promosi pariwisata, dan jembatan kolaborasi antara kota-kota di Indonesia dan Tiongkok,” jelas Hamamah.
Ia juga mengungkapkan bahwa inisiatif ini akan dilakukan melalui pendekatan pentah helix, melibatkan kampus, pemerintah, komunitas, pengusaha, dan media. Dukungan dari Kementerian Kebudayaan, pemerintah daerah, serta mitra strategis diharapkan mampu memperluas dampak diplomasi budaya ini secara global.
RBI Bagian dari Revitalisasi Diplomasi Budaya Indonesia
Melalui diskusi ini, disepakati bahwa program RBI perlu terus dikembangkan sebagai bagian dari revitalisasi diplomasi budaya Indonesia. Menteri Fadly Zon menilai bahwa program ini sejalan dengan arah kebijakan Kementerian Kebudayaan yang baru, khususnya melalui Direktorat Jenderal Diplomasi Budaya.
“Inisiatif ini adalah gagasan yang sangat baik dan perlu dilanjutkan. RBI harus menjadi pusat kegiatan dinamis yang mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia secara internasional,” pungkas Fadly Zon.
Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, inisiatif Rumah Budaya Indonesia yang diusung oleh FIB UB diharapkan mampu menjadi model diplomasi budaya yang dapat diadopsi di berbagai negara lain, membawa nama Indonesia semakin mendunia.(din/hil)