Kanal24, Malang – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) menjalin kolaborasi akademis dengan Peking University, China, melalui kegiatan Guest Lecture yang menghadirkan Prof. Dr. Yong (Hardy) Xiang, Dekan Institute for Cultural Industries Peking University. Acara ini mengangkat tema “Locality and Asianness: The Current Situation and Development Prospects of Cultural Industries Cooperation between China and Indonesia” (04/02/2025). Kegiatan ini menjadi wadah penting untuk membahas potensi dan tantangan industri budaya di Asia, khususnya dalam konteks kerja sama antara Indonesia dan China.
Dekan FIB UB, Hamamah, S.Pd., M.Pd., Ph.D., menekankan pentingnya tema yang diangkat. “Kita bisa belajar bagaimana memanfaatkan kekayaan budaya lokal sembari terintegrasi dengan Asia. Misalnya, kita bisa mencontoh Korea Selatan yang sukses mengglobalisasi industri filmnya. Tema ini relevan untuk mendukung upaya pemerintah lokal, baik di Malang maupun Indonesia secara umum, dalam meningkatkan industri kreatif berbasis budaya yang mampu bersaing di kancah internasional,” ujarnya.
Hamamah juga menjelaskan bahwa kerja sama dengan Peking University tidak hanya sekadar pertukaran pengetahuan, tetapi juga membuka peluang untuk bergabung dalam jaringan UNESCO melalui Institute of Cultural Industries yang dipimpin oleh Prof. Xiang. “Kami ingin tidak hanya bekerja sama dengan Peking University, tetapi juga terlibat dalam jaringan UNESCO untuk industri berbasis budaya. Ini akan memperkuat posisi kami di tingkat global,” tambahnya.

Kolaborasi untuk Pengembangan Pedesaan dan Industri Kreatif
Salah satu agenda utama dalam kerja sama ini adalah pengembangan potensi pedesaan, khususnya di wilayah Malang Raya, melalui penelitian dan pengabdian masyarakat bersama. Prof. Xiang menyatakan bahwa Peking University siap mendukung upaya ini. “Kami akan melakukan penelitian bersama untuk mengembangkan potensi pedesaan menjadi industri berbasis budaya. Mahasiswa juga akan terlibat langsung dalam kegiatan ini, sehingga mereka bisa belajar secara praktis,” jelas Hamamah.
Prof. Xiang, yang memiliki pengalaman luas dalam pengembangan industri budaya di China, menyoroti potensi besar Indonesia di bidang pariwisata budaya dan industri kreatif. “Di Indonesia, industri budaya, terutama yang berfokus pada kultur dan pariwisata, memiliki banyak peluang. Di bidang digital dan film, ada banyak kesempatan bagi perusahaan China untuk berkolaborasi. China memiliki pengalaman dalam digitalisasi yang bisa dibagikan,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa kedua negara dapat menemukan kesamaan dalam sumber daya dan visi. “Kita bisa mempromosikan platform antara UB dan Peking University, mengoordinasikan workshop, konferensi, bahkan memproduksi film, drama televisi, dan game. Dengan sumber daya profesional dan perusahaan yang kami miliki di Peking University, kami yakin bisa menemukan mitra yang cocok untuk kerja sama ini,” papar Prof. Xiang.
Masa Depan Industri Budaya Indonesia-China
Kegiatan Guest Lecture ini tidak hanya menjadi ajang diskusi akademis, tetapi juga menjadi langkah awal untuk membangun kerja sama yang lebih konkret antara kedua institusi. Prof. Xiang optimistis bahwa kolaborasi ini akan membawa dampak positif bagi kedua negara. “Saya berharap kita akan memiliki masa depan yang lebih baik untuk China dan Indonesia. Dengan kerja sama ini, kita bisa menciptakan sinergi yang saling menguntungkan,” ujarnya.
Hamamah menegaskan bahwa FIB UB berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan industri kreatif berbasis budaya. “Kami ingin membangun kekuatan lokal agar bisa bersaing di tingkat internasional. Melalui kerja sama dengan Peking University, kami yakin bisa mencapai tujuan ini,” tutupnya.
Dengan kolaborasi ini, FIB UB dan Peking University tidak hanya memperkuat hubungan akademis, tetapi juga membuka peluang baru bagi pengembangan industri budaya di Indonesia. Harapannya, sinergi ini dapat menjadi model bagi kerja sama serupa di masa depan, membawa manfaat bagi masyarakat lokal dan memperkaya khazanah budaya Asia di kancah global. (fan)