KANAL24, Sepinggan – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meresmikan proyek pengembangan Lapangan Merakes di Wilayah Kerja East Sepinggan yang dibangun dengan investasi senilai USD1,3 Miliar.
Proyek mulai onstream pada bulan April 2021 dan akan mengalirkan produksi gas sebesar 368 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada saat puncak produksi.
Inagurasi peresmian proyek dilaksanakan di floating production unit (FPU) Jangkrik Kalimantan Timur, pada Selasa (8/6/2021) dengan mengikuti protokol pencegahan Covid-19.
Proyek pengembangan Merakes dilaksanakan oleh KKKS Eni East Sepinggan, merupakan proyek pengembangan lapangan gas laut dalam di lepas pantai Kutai Basin dengan kedalaman air kurang lebih 1500 m. Proyek ini akan memegang rekor tie-back bawah laut terpanjang dari fasilitas induknya (> 40 km).
Keberhasilan ENI menyelesaikan proyek lapangan Merakes mendapatkan apresiasi dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Pengembangan Lapangan Merakes ini mendukung peningkatan produksi, sehingga dapat mendukung pemenuhan gas dalam negeri,” kata Arifin dalam keterangan tertulisnya.
Produksi Lapangan Merakes akan berkontribusi perpanjangan umur operasi kilang LNG Bontang. Gas dari Lapangan Merakes dan Jangkrik juga disalurkan melalui pipa gas untuk kebutuhan dalam negeri sebesar 117 MMSCFD pada tahun 2022 – 2025.
Menteri Arifin juga menyampaikan bahwa gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan ketahanan energi di tanah air. Saat ini, porsi gas bumi dalam bauran energi nasional sekitar 19% dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, ditargetkan meningkat menjadi 22% pada tahun tahun 2025.
“Sekali lagi saya mengucapkan selamat kepada SKK Migas dan ENI Indonesia beserta PHE dan Neptute Energy atas keberhasilan produksi gas di Lapangan Merakes ini,” ujar Arifin.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sempat mengakibatkan pembangunan proyek Merakes terhenti sehingga mengalami kemunduran. Namun apresiasi tinggi diberikan kepada ENI yang telah dapat mengawal 8,6 juta jam kerja tanpa adanya fatality. “Kami sebagai insan hulu migas layak berbangga, karena yang telah kita lalui itu bukanlah pekerjaan mudah”, kata Dwi.(sdk)