KANAL24, Jakarta – Upaya sejumlah influencer di media sosial yang mengajak investor ritel untuk menempatkan modal pada saham tertentu menjadi aspek negatif bagi industri pasar modal, sehingga Bursa Efek Indonesia (BEI) memandang perlu untuk meningkatkan intensitas edukasi dalam kerangka perlindungan investor.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi dalam acara “Edukasi Wartawan terkait Pengetahuan Dasar Berinvestasi di Pasar Modal (Saatnya #JadiInvestorCerdas)” yang digelar secara virtual, Rabu (23/2/2022).
Hasan menyebutkan, saat ini tingginya minat investor ritel pemula untuk berinvestasi di pasar modal berbarengan pula dengan maraknya penggunaan media sosial. Pada dasarnya, jelas Hasan, kedua hal ini memiliki dampak positif bagi perkembangan bursa saham.
“Tetapi di sisi lain, kami dari awal menyadari ada aspek-aspek negatif yang mungkin harus diantisipasi dan dihindari. Kami harus memastikan soal perlindungan investor ritel, khususnya pemula,” ujar Hasan.
Dia mengatakan, sejauh ini ada beberapa kasus yang dilakukan oleh influencer yang memanfaatkan euforia dan tren investasi di pasar modal dengan cara mempengaruhi investor untuk menempatkan modal pada saham tertentu. “Ini ada tujuan-tujuan yang kurang bertanggung jawab,” imbuhnya.
Lebih lanjut Hasan mengatakan, pemanfaatan media sosial tersebut menjadi tantangan bagi regulator pasar modal di 2022. “Tahun ini, kami harus mengantisipasi, karena kami melihat masih terdapat tantangan yang memang harus dikelola secara baik,” ucapnya.
Hasan mengaku, saat ini BEI bersama dengan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia ( KPEI ) atas arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan berupaya menjawab tantangan tersebut melalui pengelolaan industri pasar modal secara baik.
Dia berharap, kampanye edukasi BEI yang baru, “#JadiInvestorCerdas” bisa meningkatkan pemahaman investor dalam berinvestasi di pasar modal, karena program ini mengedepankan aspek 3P, yakni Paham, Punya dan Pantau.(sdk)