Kanal24, Malang – Tantangan terbesar perguruan tinggi di era industri berbasis sains dan teknologi bukan lagi sekadar menghasilkan riset, melainkan memastikan hasil penelitian tersebut benar-benar memberi dampak bagi masyarakat dan dunia usaha. Universitas Brawijaya (UB) menjawab tantangan itu melalui penyelenggaraan Research and Innovation Day 2025, sebuah forum kolaboratif yang mempertemukan akademisi dan industri untuk memperkuat hilirisasi inovasi riset.
Kegiatan yang digelar oleh Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains dan Teknologi (DIKST) Universitas Brawijaya ini berlangsung di Auditorium UB, Jumat (31/10/2025). Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antara dunia akademik, pemerintah, dan sektor industri melalui penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara UB dan sejumlah mitra industri strategis.
Kampus Harus Berdampak Nyata
Dalam sambutannya, Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., menegaskan bahwa UB terus berkomitmen menjadi kampus yang berdampak langsung bagi masyarakat dan dunia industri.

“Universitas Brawijaya senantiasa mengikuti arahan Bapak Menteri untuk bisa menjadi kampus berdampak. Karena itu, kami berusaha menghilirisasi produk-produk penelitian menjadi produk yang bisa diterima masyarakat melalui kerja sama dengan mitra industri,” ujarnya.
Prof. Widodo juga menjelaskan bahwa UB telah membangun berbagai ekosistem pendukung riset, mulai dari pendanaan penelitian, kolaborasi dengan industri, hingga program internasionalisasi dosen.
“Kita memberikan banyak sekali media ekosistem penelitian melalui pendanaan riset dan juga kerja sama. Dosen kami didanai untuk bermitra dengan industri, bahkan bisa ke luar negeri. Kami punya program Dokar, atau Dosen Berkarya, yang diharapkan bisa mempercepat pencapaian tujuan,” tambahnya.
Melalui program dan kolaborasi tersebut, UB berupaya memastikan bahwa hasil riset akademik tidak berhenti di jurnal atau laboratorium, tetapi benar-benar bisa diimplementasikan sebagai solusi nyata di masyarakat.
Industri dan Kampus Harus Saling Menguatkan
Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., menyoroti pentingnya sinergi antara riset di perguruan tinggi dan kebutuhan industri nasional.
“Kita membutuhkan percepatan munculnya inovasi industri yang baru dan penguatan industri yang sudah ada agar dapat tumbuh lebih cepat. Kita membutuhkan aktivitas industri yang bangkit kembali di negeri ini,” tegasnya.
Brian menyatakan, universitas memiliki peran vital dalam menyediakan sumber daya manusia unggul dan riset yang relevan dengan kebutuhan industri.

“Perguruan tinggi adalah tempat berkumpulnya SDM unggul. Saat ini kita membutuhkan industri berbasis sains dan teknologi, industri yang menggandeng riset yang ada di kampus. Riset di kampus harus bisa menyelesaikan permasalahan nyata di industri, sehingga tercipta hubungan timbal balik yang saling menguntungkan,” katanya.
Menurutnya, kemitraan tersebut akan menghasilkan produk-produk dengan basis riset dan inovasi yang kuat, menjadi modal penting dalam menghadapi persaingan global.
“Di era keterbukaan pasar seperti sekarang, kita tidak bisa lagi menunda-nunda. Kita harus bersaing dengan produk-produk negara lain. Karena itu, kampus harus bergandengan tangan dengan industri. Kita harus berdaulat di negeri sendiri,” tandasnya.
Melalui Research and Innovation Day 2025, UB berupaya membangun budaya riset yang produktif dan kolaboratif. Program ini tidak hanya menjadi ajang pamer hasil penelitian, tetapi juga wadah untuk mempertemukan inovator kampus dengan pelaku industri agar hasil riset dapat dikembangkan menjadi produk bernilai komersial. (Din/Dpa)
 
			 
			









 
															