KANAL24, Jakarta – – Badan Pusat Statistik (BPS) melihat masyarakat, khususnya pedagang, sudah mulai mengantisipasi adanya kenaikan harga rokok. Hal itu sejalan dengan rencana kenaikan harga rokok pada 2020.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan kelompok pengeluaran dari makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada November 2019 menyumbang inflasi hingga 0,04 persen. Khusus rokok, memberikan kontribusi sebesar 0,01 persen terhadap angka inflasi November yang mencapai 0,14 persen.
“Andilnya dari inflasi rokok kretek filter sebesar 0,01 persen. Memang sejak beberapa bulan terakhir di lapangan sudah mulai naik pelan-pelan (harga rokok), bulan lalu juga berikan andil inflasi,” kata Suhariyanto, di Jakarta, Senin (2/12/2019).
Dikatakan Suhariyanto, dari sekian banyak komoditas pada kelompok pengeluaran tersebut, rokok menjadi penyumbang tertinggi terhadap inflasi. Menurut catatan BPS, sejak September hingga November 2019, rokok kretek dan rokok kretek filter selalu menyumbang angka inflasi. Masing-masing memberikan andil sekitar 0,20 persen. Menurut dia, kenaikan itu mengindikasikan pedagang mulai menaikkan harga.
“Jadi pedagang tampaknya tidak ingin naik langsung karena bikin konsumen kaget. Makanya, dia mulai mengantisipasi kenaikan tipis-tipis, sehingga perokok tidak akan kaget,” kata dia. (sdk)
Harga rokok terlalu tinggi dan cenderung naik terus thsmpir iap minggu.. ..
Tujuan pemerintah untuk menekan masyarakat tidak merokok melalui menaikan pajak cukai tidak berhasil ….
Kenaikan harga rokok justru mencekik para perokok bahkan cenderung penyebsb inflasi ….
Akibatnya yang terkena imbasnya bukan hanya kaum perokok, tetapi juga masyarakat umum….
Sebaiknya kenaikan harga rokok untuk tujuan agar masyarakat tidak merokok perlu ditinjau kembali…..