KANAL24, Malang – Sampah Rumah Tangga menjadi penyumbang terbesar sampah mencapai 37 persen. Mayoritas sampah yang dihasilkan dari Rumah Tangga adalah sampah organik yang mampu diolah secara lebih lanjut. Berdasarkan data dari Kementerian KLHK di tahun 2020 disebutkan pengolahan sampah organik yang dikenal ada kompos, biogas, pupuk organik cair, namun, ini belum cukup untuk mengelola sampah organik.
Pernyataan ini disampaikan oleh Dr. Arie Srihardyastutie, S.Si., M.Kes. Dosen Biokimia FMIPA Universitas Brawijaya pada Webinar Potensi Eco Enzim dalam mendukung gerakan “Eco Green Environment” dan “Eco Farming”, kamis (12/8/2021).
“Eco-enzyme merupakan larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa sampah organik, gula, dan air,” kata Arie.

Cairan eco-enzyme ini berwarna coklat gelap dan memiliki aroma asam atau segar yang kuat. Adapun manfaat dari eco-enzyme sendiri adalah berdasarkan kegunaannya, yang mana eco-enzyme dapat dimanfaatkan sebagai pembersih serba guna, sebagai pupuk tanaman, sebagai pengusir berbagai hama tanaman dan sebagai pelestari lingkungan sekitar dimana eco-enzyme dapat menetralisir berbagai polutan yang mencemari lingkungan sekitar.
Eco-enzyme yang ada bersumber dari penggunaan berbagai bahan baku organik seperti halnya kulit buah-buahan dan sayur sayuran. Perbedaaan pada bahan baku tentunya akan memberikan efek yang berbeda pula pada hasil konversi proses yang dilakukan.
Webinar ini merupakan kerjasama antara Pemerintahan Kota Batu melalui Dinas Lingkungan Hidup, Kelurahan Temas, Desa Gunungsari, Relawan Eco Enzym Nusantara, relawan Batu dan Malang. (Meg)