KANAL24, Malang – FISIP UB Kembali ke Sekolah melalui Sekolah Pergerakan Lumajang, 16 Mei 2025. Program Pengabdian Masyarakat bertajuk Pemberdayaan Pelajar Melalui Pendidikan Komunikasi Politik sebagai Perwujudan Sekolah Pergerakan, dilaksanakan oleh Verdy Firmantoro selaku Dosen Komunikasi Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya dan tim hadir untuk menjawab tantangan zaman: bagaimana pelajar, khususnya generasi Z, dapat tumbuh sebagai pemikir kritis dan agen perubahan dalam ekosistem disrupsi demokrasi digital.
Program yang digelar di SMA Negeri 2 Lumajang ini digelar dalam format interaktif, siswa diajak mendiskusikan berbagai isu komunikasi politik kontemporer, mengenali hoaks yang marak di media sosial, hingga mempraktikkan cara menyampaikan aspirasi politik secara etis dan berdasar data. Tidak hanya itu, para peserta juga dilatih untuk menjadi duta literasi digital, agen anti-hoaks, serta konten kreator edukasi politik.
“Pelajar saat ini adalah pemimpin masa depan. Tapi sebelum jadi pemimpin, mereka harus jadi pembelajar kritis terlebih dahulu,” ujar Verdy.
Pandangan yang sama datang dari Henariza Febriadmadja selaku Ketua KPU Kabupaten Lumajang yang turut hadir dan memberi apresiasi tinggi terhadap kegiatan ini. “Kami menyambut baik inisiatif seperti ini karena literasi politik tidak hanya penting bagi pemilih pemula, tetapi juga untuk memperkuat demokrasi dari akarnya—dari sekolah,” ujar Febri.
Fenti Eka Nurulia selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Negeri 2 Lumajang, menegaskan bahwa sekolah sangat terbuka terhadap kolaborasi kampus. “Kami sangat mendukung program pendidikan komunikasi politik ini. Siswa kami butuh ruang untuk tumbuh sebagai pembelajar aktif dan berpikir kritis. Program ini menjawab kebutuhan itu,” kata Fenti.

Menurut data yang disampaikan dalam sesi diskusi, tantangan yang dihadapi pelajar Indonesia sangat kompleks. Indeks minat baca nasional masih berada di titik rendah, sementara paparan informasi digital semakin tak terbendung. Dalam konteks ini, Pendidikan komunikasi politik yang dikemas berbasis literasi digital menjadi pendekatan strategis.
Salah satu peserta, Nova Hutama dari Tim Literasi, mengaku sangat terinspirasi. “Saya semakin mengerti pentingnya berpikir kritis termasuk menyuarakan pendapat di media sosial itu harus pakai etika dan data. Bukan asal sebar. Sekarang saya jadi lebih paham bagaimana menyuarakan pendapat secara bijak,” ujarnya antusias.
Program ini mendorong seluruh siswa yang terlibat menjadi duta literasi sekolah yang diharapkan akan menjadi motor penggerak kampanye literasi komunikasi politik di sekolah. Mereka akan mengembangkan konten edukasi di kanal media sosial sekolah serta menjadi mentor sebaya dalam kegiatan diskusi isu-isu kontemporer.
Melalui program ini, FISIP UB tidak hanya hadir sebagai institusi akademik, tetapi sebagai mitra strategis dalam membangun ekosistem literasi politik sejak dini. Sebuah langkah kecil yang berdampak besar, dan menjadi bukti bahwa pengabdian akademisi kampus tidak hanya berhenti di ruang kuliah, tetapi menjangkau ruang-ruang yang lebih akar rumput. “Kami percaya bahwa demokrasi digital yang sehat hanya bisa dibangun jika generasi mudanya melek informasi, berpikir kritis, dan tahu bagaimana menyampaikan pendapatnya secara bijak. SMA Negeri 2 Lumajang adalah titik awalnya, semoga menjalar ke sekolah lain,” pungkas Verdy Firmantoro.(sdk)