Kanal 24, Malang — Pendidikan merupakan kunci utama untuk membuka jalan menuju kesejahteraan. Namun, data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2024 menunjukkan masih banyak anak di Indonesia yang belum mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan.
Angkanya cukup memprihatinkan. Tercatat lebih dari 227 ribu anak usia 7 hingga 12 tahun atau setara Sekolah Dasar (SD) berstatus belum pernah sekolah atau sudah tidak bersekolah lagi. Kondisi semakin berat ketika melihat kelompok usia 13 hingga 15 tahun atau setara Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jumlah anak yang tidak bersekolah di kelompok usia ini hampir mencapai 500 ribu. Fakta paling mencengangkan ditemukan pada usia 16 hingga 18 tahun atau setara Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan jumlah lebih dari 3,4 juta anak.
Baca juga:
UB Gandeng Armada Gema Nusantara untuk Magang
Situasi ini menunjukkan masih adanya kesenjangan besar dalam akses pendidikan di Indonesia. Faktor ekonomi, keterbatasan sarana, hingga hambatan sosial membuat banyak anak akhirnya berhenti sekolah atau bahkan tidak pernah merasakan bangku pendidikan sama sekali.
Program Sekolah Rakyat
Menjawab persoalan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Sosial menggulirkan program prioritas yang diberi nama Sekolah Rakyat. Program ini diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto dengan tujuan membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi anak-anak kurang mampu serta kelompok rentan.
Sekolah Rakyat dirancang sebagai ruang pendidikan inklusif yang meniadakan sekat ekonomi. Anak-anak dari keluarga miskin hingga miskin ekstrem diberi kesempatan untuk belajar tanpa dibebani biaya. Tidak hanya itu, Sekolah Rakyat juga diharapkan menjadi sarana membangun karakter, menumbuhkan keterampilan, serta menyiapkan generasi penerus bangsa yang berdaya saing.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) turut mengambil peran strategis dalam mendukung program ini. LAN membantu memperkuat kapasitas Aparatur Sipil Negara (ASN) baik di tingkat pusat maupun daerah. Fokus utama adalah pada advokasi kebijakan, perencanaan program, hingga monitoring dan evaluasi agar implementasi Sekolah Rakyat berjalan efektif.
Deputi Bidang Transformasi Pembelajaran ASN LAN, Erna Irawaty, menegaskan bahwa dunia pendidikan merupakan fondasi utama dalam membangun negara yang sejahtera. Ia menilai Sekolah Rakyat hadir sebagai wujud nyata kehadiran negara bagi masyarakat.
“Sekolah Rakyat menjadi sarana pemenuhan pendidikan dengan menghadirkan sekolah yang tidak dibatasi oleh sekat ekonomi. Ini pembuktian bagaimana negara hadir dengan kebijakan yang inklusif dan transformatif. Semua pihak perlu berkomitmen bersama untuk mengentaskan kemiskinan melalui pendidikan,” jelasnya dalam kegiatan pada Jumat (29/8/2025).
Pemetaan Talenta Siswa
Selain memberikan akses pendidikan, Kementerian Sosial juga melakukan langkah inovatif dengan menghadirkan pemetaan talenta siswa. Upaya ini dilakukan melalui pendekatan DNA Talent Mapping yang bertujuan mengetahui potensi, minat, bakat, keunggulan, serta kelemahan para siswa.
Pendekatan ini tidak hanya diterapkan pada siswa, tetapi juga kepada kepala sekolah dan guru di Sekolah Rakyat. Dengan begitu, metode mengajar dapat disesuaikan dengan karakter dan potensi yang ada.
Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial, Robben Rico, menyampaikan bahwa pemetaan talenta merupakan langkah penting untuk mencetak lulusan yang siap menghadapi masa depan.
“Harapannya ke depan, lulusan Sekolah Rakyat tidak hanya siap melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, tetapi juga siap bekerja, berwirausaha, bahkan menjadi agen perubahan untuk keluarganya. Dengan keterampilan yang mereka miliki, mereka dapat memutus rantai kemiskinan di Indonesia,” ujarnya.
Suara dari Lapangan
Di tingkat teknis, Kepala Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Bekasi, Lastri Fajarwati, menuturkan bahwa program ini memang dirancang untuk memutus siklus kemiskinan antar generasi. Ia melihat langsung bagaimana anak-anak dari keluarga miskin akhirnya memiliki kesempatan belajar kembali.
“Sekolah Rakyat adalah upaya memperluas akses pendidikan, menyiapkan generasi emas, sekaligus mencetak pemimpin perubahan di masa depan,” katanya.
SRMA 13 Bekasi menjadi salah satu contoh penerapan program ini. Pada 9 hingga 10 Juli lalu, sekolah tersebut menggelar simulasi bersama siswa dan orang tua. Kegiatan dimulai dari pengenalan sekolah, pemeriksaan kesehatan, hingga simulasi belajar di kelas dan makan bersama.
Setelah simulasi, siswa kemudian mengikuti beragam kegiatan pembelajaran yang dirancang tidak hanya mengasah pengetahuan akademik, tetapi juga membentuk karakter. Materinya meliputi orientasi studi lingkungan, program keagamaan, edukasi mitigasi bencana, pengembangan minat dan bakat, hingga pelatihan kepemimpinan.
“Melalui konsistensi dan komitmen bersama, kami berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencetak generasi emas. Anak-anak yang sebelumnya merasa tidak punya harapan kini mulai berani bermimpi dan meraih cita-cita,” tutup Lastri.
Baca juga:
Mahasiswa Vokasi UB Didorong Jadi Global Citizen
Jalan Baru Menuju Kesetaraan
Program Sekolah Rakyat diharapkan tidak sekadar menjadi solusi sementara, tetapi benar-benar menjadi jalan baru untuk menghadirkan pendidikan yang setara bagi semua. Kehadirannya menegaskan bahwa pendidikan bukan hak istimewa, melainkan hak dasar setiap anak bangsa.
Dengan dukungan pemerintah, kolaborasi lintas lembaga, serta partisipasi masyarakat, Sekolah Rakyat bisa menjadi tonggak perubahan. Anak-anak yang dulu terpinggirkan kini punya ruang untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi.
Jika program ini terus berjalan dengan konsisten, maka harapan besar untuk melahirkan generasi Indonesia yang cerdas, berkarakter, dan bebas dari belenggu kemiskinan bukanlah hal mustahil. Pendidikan tanpa sekat ekonomi bukan lagi mimpi, melainkan kenyataan yang sedang diwujudkan bersama. (han)