KANAL24, Malang – Memulihkan pariwisata domestik diperkiraan memerlukan waktu yang lama, terlebih lagi pariwisata internasional. Hal ini disampaikan oleh pakar pariwisata UB Yusri Abdillah, S.Sos., M.Si., Ph.D. Menurutnya, ini akan terjadi di semua negara, tidak terkecuali negara dengan tingkat kunjungan wisatawan internasional yang tinggi seperti Perancis atau Thailand.
“Ini perlu proses yang panjang dan hati-hati untuk betul-betul memulihkan rasa percaya diri masyarakat hingga bisa secara normal memulai kembali aktivitas travellingnya,” Ujarnya, Kamis (4/3/2021).
Saat ini, beberapa destinasi-destinasi wisata maupun fasilitas terkait tourism di Indonesia sudah mulai diterapkan standar kesehatan yang baik oleh Kemenparekraf, dan telah disosialisasikan bahkan sampai ke pengelola-pengelola desa wisata.
Namun, karena faktor psikologis dari masyarakat dan tentu anjuran agar masalah kesehatan lebih prioritas dari urusan leisure, hal ini menjadikan masyarakat cenderung menahan diri untuk melakukan kegiatan wisata.
“Seperti yang telah diprediksi oleh para pakar bahwa masyarakat akan memulai kegiatan wisata dengan aktivitas rekreasional yang aman dan terdekat dengan tempat tinggalnya. Ini berarti orientasi konsumennya harus diarahkan kepada konsumen atau wisatawan lokal dan domestik sebelum nantinya fokus kembali ke kondisi yang lebih normal,” jelas Yusri.
Yusri menyebutkan, ada tiga poin penting yang perlu dilakukan Pemerintah khususnya Kemenparekraf agar pariwisata Indonesia bisa pulih kembali. Pertama, menyiapkan destinasi-destinasi yang ada untuk bisa dioperasikan dengan standar kebersihan dan kesehatan yang tinggi. Fasilitas kesehatan harus tersedia secara memadai pada destinasi pariwisata, berikut aturan atau protokol kesehatan yang ketat tetapi tidak terasa mengikat bagi para pengunjung atau wisatawan.
“Bahasa singkatnya We Make Health Fun,” imbuhnya.
Kedua, Otoritas pariwisata perlu secara terus menerus untuk memantau trend pergerakan wisatawan, trend pergerakan kebijakan, dan trend pergerakan destinasi-destinasi lain dengan mengamati data yang disediakan oleh otoritas pariwisata untuk mendapatkan momen yang tepat dalam menjalankan industri pariwisata. World Tourism Organization (WTO) telah merilis Tourism Recovery Tracker yang merupakan dashboard untuk memantau pergerakan industri pariwisata.
Ketiga, adalah faktor waktu. Waktu adalah poin kritis yang menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata di masa mendatang. Ketepatan waktu dalam pengambilan keputusan secara tepat merupakan kunci implementasi strategi bagi industri pariwisata pada masa seperti ini.
“Poin pertama sudah dilakukan dan sudah disosialisasikan oleh Kemenparekraf. Poin kedua perlu sosialisasi yang lebih masif, dan poin ketiga perlu koordinasi antar pemangku kepentingan baik di sektor pariwisata maupun sektor proponent maupun opponent industri pariwisata,” pungkas Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Administrasi UB tersebut. (Meg)