KANAL24, Malang- Pameran Pasar Seni Bareng merupakan acara pameran tunggal yang pertama kali dilaksanakan di Pasar Bareng lantai 3, tepatnya di Jalan Terusan Ijen.
Wawancara KANAL24 pada tanggal 13/01/2020 acara ini merupakan acara rutin sebagai terminal seniman, budayawan, pemerhati, pecinta seni, dan pelopor seni dari berbagai daerah. Dimana konteks hanyalah seni budaya. Program pameran seni dilaksanakan setiap bulan, bahkan sudah berjalan 4 bulan ini.
Pasar Seni Bareng telah diresmikan sebagai asset dari kelurahan Bareng untuk berbenah sebagai pasar seni yang dimimpikan dan sebagai destinasi pasar yang memiliki kekayaan seni rupa dan budaya di dalamnya. Pasar Seni Bareng banyak sekali peminatnya, bahkan dihari sabtu yang seharusnya tutup pukul 18.00 WIB harus tutup pukul 23.00 WIB karena masih banyak tamu seniman dari luar kota yang berkunjung.
Salah satu penggila seni yang menggerakan seniman untuk mengadakan pameran adalah Joko Rendi. Beliau merupakan seseorang yang peduli dan kagum akan seni dan budaya, terutama di Kota Malang. Beliau memiliki jiwa seni yang tinggi dan sebagai replikator seni rupa. Beliau terjun ke dunia seni selama 20 tahun, dimulai dari Pendopo Kawedanan Singosari sebagai pelopor seni hingga sekarang.
Joko mengkoordinasi artis-artis berbudaya, penari, pelukis, pengukir, drama dan pengoleksi barang-barang antik khas Indonesia khususnya di Jawa. Beliau dijuluki sebagai “bapaknya anak-anak”, itulah panggilannya. Anak-anak yang dimaksud adalah para seniman yang ada dalam lingkup komunitas tersebut. Beliau juga memberikan wadah untuk para pelaku seni, dan para pelaku budaya berkumpul dan berekspresi.
Dalam acara ini terdapat beberapa kegiatan yang mengundang anak-anak untuk belajar melukis bersama, membatik, membuat topeng, membuat produk makanan seperti coklat yang berbentuk topeng dan mengenal seni rupa lainnya untuk dipasarkan di galeri dan dikembangkan oleh pemuda penerus pecinta seni.
“Seni budaya bukan tanggung jawab seniman budayawan saja, namun akademis, birokrasi dan masyrakat lainnya, karena seni budaya lahir dari perut masyarakat dan nafas seniman. Selagi ada ruang dan waktu kita adalah manusia merdeka tidak dituntun dan menuntun hanya dituntun rasa untuk berkarya”. Ujar Bpk Joko selaku penggila seni.
Joko bermimpi ingin mendirikan museum seni bagi arek-arek Malang (Museum Seni Arema), dan berharap atas adanya acara pameran ini sebagai ekspresi informasi interaksi, yakni satu wadah yang harus dijadikan destinasi dan dinikmati oleh anak cucu kita, turis luar negeri yang khususnya berbicara tentang seni budaya. Serta menjadi salah satu simboisis yang tidak hanya berbicara tentang seni namun juga budaya, ekonomi, dan politik “bukan politik praktis”. (fib)