KANAL24, Jakarta – Sekretaris Kabinet (Setkab) Pramono Anung mengatakan, Indonesia beruntung ketika negara ini didirikan sudah mempunyai ideologi, mempunyai Undang-Undang Dasar 1945 mengenai bentuk negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) inilah warisan yang diberikan oleh para pendiri bangsa kepada kita.
Nah apa yang harus dijaga dalam konteks kekinian, menurut Setkab, yang paling utama kebangkitan pada saat hari ini adalah bangkit dari ketertinggalan, bangkit dari rasa malas, bangkit dari rasa pesimisme, bangkit untuk tetap bersatu.
“Sehingga dengan demikian kebangkitan itu harus dimaknai apa yang akan kita lakukan untuk memperkuat bangsa ini ke depan. Itu yang paling utama,” tegas Setkab menanggapi pertanyaan mengenai konteks kekinian Hari Kebangkitan Nasional, di ruang kerjanya Gedung III Kemensetneg, Jakarta, Senin (20/5) pagi seperti dilansir dari web setkab.
Mengenai pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, Setkab Pramono Anung menegaskan, nasionalisme harus ditanamkan sejak usia dini, sejak anak mulai bisa membaca menulis bahwa Indonesia adalah negara yang beragam. Indonesia adalah negara multi etnik, terdiri dari 17.000 pulau, sehingga meskipun kita berbeda dari warna kulit, bahasa, tetapi kita beruntung bahwa kita dipersatukan dalam bahasa yang sama.
Maka dengan demikian, lanjut Setkab, sejak usia dini, kalau perlu sejak taman kanak-kanak harus diajarkan untuk mencintai Indonesia yang beragam ini. Indonesia tidak hanya di Jawa, Indonesia tidak hanya di Bali, Indonesia tidak hanya Papua. Tapi Indonesia seluruh 17.000 pulau lebih yang mempersatukan kita, yang menyamakan kita, yang mengikat kita.
“Itulah keindonesiaan kita dalam konteks hari ini dan tentunya untuk konteks kedepan dan masa mendatang,” tegas Setkab.
Harus Konkrit
Mengenai apa yang dapat dilakukan generasi muda, Setkab Pramono Anung mengatakan, cinta tanah air sekarang ini tentunya harus dibuktikan dengan hal-hal yang lebih konkret, lebih pasti.
Anak muda, menurut Setkab, harus hidup lebih efisien, hidup lebih produktif, harus mempunyai cita-cita setinggi langit, harus melakukan sesuatu yang bermanfaat bukan hanya pada dirinya, tetapi juga pada temannya, pada kawannya, kepada bangsanya, kepada negaranya. Karena tantangan anak muda pada hari ini berbeda dengan tantangan anak muda pada zaman para pendiri bangsa.
“Tantangan yang semakin beraneka ragam, maka bangsa ini harus efisien, harus produktif, harus lebih cepat dan harus menjadi pemenang dalam pertarungan dunia global pada saat ini. Sehingga patriotisme apa yang perlu direfleksikan adalah, kalau mereka bisa menjadi dan merawat keindonesiaan dan menjadi bangsa pemenang itu adalah patriotisme model baru, zaman baru, tantangan baru,” tutur Setkab.
Terkait dengan adanya era teknologi informasi saat ini, Setkab Pramono Anung mengatakan, harusnya yang namanya medsos atau sosial media itu bukan menjauhkan, tetapi harusnya mempersatukan kita. Namun sekarang ini, menurut Setkab, sosial media seringkali menjauhkan karena adanya perbedaan, apalagi kita menghadapi pemilu pada tahun ini.
Kini, lanjut Setkab, sudah waktunya kita untuk bersama-sama, sudah waktunya kita untuk bersatu. Sehingga dengan demikian teknologi kita gunakan untuk mempersatukan bukan untuk menjauhkan. Karena dengan teknologi itu, apa yang terjadi di Papua, apa yang terjadi di Aceh, apa yang terjadi di Nusa Tenggara Timur dengan gampang pada hari yang sama kita ketahui. Karena inilah yang menjadi keuntungan dari teknologi itu.
“Sekali lagi, tantangan kita kalau kita mau jadi pemenang, persatuan itu menjadi penting. Dan sekali lagi, heroisme, glorifikasi, kebersamaan, persatuan dan tentunya ini harus kita wujudkan untuk menjadi bangsa pemenang kita ke depan,” pungkas Setkab (Sid)