Kanal24, Malang – Brascho Nyantrik yang diinisiasi oleh SMA Brawijaya Smart School (BSS) merupakan program penguatan karakter agar siswa dapat belajar budaya, tatakrama dan kearifan lokal yang saat ini sudah bergeser dan sulit ditemui di daerah perkotaan.
Selama empat hari, dari tanggal 4 – 7 Oktober 2022, para siswa SMA BSS tinggal dan belajar kehidupan sehari-hari pada Induk semang (Inang) di Dusun Ngebrong, Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Inang yang diikuti memiliki mata pencaharian sebagai petani dengan hasil tanamannya seperti cabai, tomat, wortel, kol, terong dan banyak lainnya.
Siswi SMA BSS memanen cabai di Dusun Ngebrong (dok. SMA BSS)
Islamiyah merupakan salah satu Inang dari 100 warga yang rumahnya dijadikan tempat tinggal untuk kegiatan nyantrik, merasa senang menerima 6 siswi SMA BSS yang menginap di rumahnya.
“Saya senang menerima mereka, karena mereka anak yang sopan dan baik. Rumah saya jadi rame dan anak-anak saya ada temannya,” jelas wanita yang bekerja sebagai petani di dusun Ngebrong saat ditemui Kanal24 setelah pulang dari berkebun, Kamis (05/10/2022).
Ia menambahkan jika setiap pagi para siswa membantunya untuk memasak dan menyapu. Ia juga mengajak para siswa untuk membantunya menjemur bawang di depan rumah.
“Anak-anak membantu saya menjemur bawang. Besok rencananya saya akan bawa ke kebun untuk membantu saya memanen bawang, dan membersihkannya sebelum nanti dijual,” tambahnya.
Islamiyah berharap para siswi dapat menerapkan kebiasaan baik yang telah dilakukan saat kembali ke rumah.
“Semoga anak-anak ini dapat melakukan kebiasaan baik dengan membantu orang tua di rumah dan mendapatkan ilmu-ilmu selama berada di rumah saya. Saya doakan mereka sukses semuanya,” ungkapnya.
Baca Juga : SMA BSS Adakan Kegiatan Nyantrik di Dusun Ngebrong
Para siswa SMA BSS nampak antusias dan bersemangat mengikuti berbagai aktifitas bersama Inang. Seperti Kesya dan Kania, yang merupakan siswi kelas X-4 yang merasa senang karena bisa mengikuti kegiatan nyantrik di Dusun Ngebrong.
“Hari ini hari kedua. Kita merasa senang karena memiliki inang yang sangat baik. Disini juga masyarakatnya guyub, beda dengan di kota yang rata-rata pada cuek,” ungkapnya.
Kesya dan Kania juga menjelaskan bahwa mereka belajar banyak hal selama mengikuti kegiatan nyantrik.
“Kesan-kesan selama disini, kita jadi bisa beradaptasi dengan lingkungan baru dan belajar banyak hal. Kita juga diajari oleh inang memakai bawang untuk dijadikan bibit,” jelasnya penuh semangat.
Meski baru berjalan dua hari namun kedua siswi ini sudah dapat terkait dengan penerapan tata krama dan teknologi pertanian. Mereka juga merasa bersyukur meski dengan keterbatasan fasilitas jaringan komunikasi.
“Di sini susah sinyal. Jadi kami lebih banyak melakukan kegiatan bersama. Dan akhirnya kami bisa belajar apa arti besyukur dengan apa yang kami dapat dan apa yang kami makan selama ini,” tambahnya.
Siswa SMA BSS melakukan kegiatan menjemur bawang untuk dijadikan bibit dan dijual (dok. SMA BSS)
Lurah Desa Tawangsari Dusun Ngebrong, Miftakul Anwar, juga merasa senang karena kawasannya dipilih untuk dijadikan tempat berkegiatan oleh SMA BSS.
“Kami sangat senang dan terbuka dengan kehadiran adik-adik dari SMA BSS. Saya berharap sepulang dari sini adik-adik mendapatkan gambaran dan manfaat sehingga dapat dipraktekan dikehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Meskipun selama mengikuti kegiatan nyantrik, para siswa dan siswi kelas X dan kelas XI diserahkan kepada para inang, para guru tetap mengontrol dengan berkeliling malam untuk memastikan apakah para siswa dan siswi tetap berada di rumah inangnya masing-masing. (put)