KANAL24, Jakarta – Isu tentang kinerja berbagai perusahaan yang harus ramah lingkungan dan sekaligus menjaga kelestarian alam secara berkesinambungan (sustainable) terus digaungkan oleh PBB.
Terkait hal itu berbagai industri di Asia Tenggara menempati peringkat teratas secara global dalam hal prospek pertumbuhan dan tanggung jawab berkesinambungan yang dicanangkan oleh PBB tersebut.
Berdasarkan survei HSBC bertajuk ‘Navigator: Now, next and how’, yang melibatkan lebih dari 9.100 perusahaan di 35 negara, terungkap bahwa 81% perusahaan di Asia Tenggara memproyeksikan pertumbuhan bisnis pada tahun depan (lebih tinggi dari rata-rata global: 79%).
Selain itu, 76% perusahaan Asia Tenggara yang disurvei percaya bahwa mereka memiliki peran dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) PBB, dibandingkan dengan rata-rata global 63%.
“Keberlanjutan (yang diterapkan perusahaan) akan mendorong nilai dan membantu mengamankan kelangsungan bisnis jangka panjang. Tapi kegagalan untuk melakukan sebuah tindakan sekarang dapat menghambat peluang pertumbuhan Indonesia. Sementara itu, kemajuan pesat sudah dibuat. Lima tahun kedepan merupakan waktu yang penting bagi para pebisnis untuk memastikan bahwa keberlanjutan sudah tertanam di seluruh lini bisnis dan juga mata rantai mereka, ” jelas Sumit Dutta, Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, dalam pers release yang diterima redaksi Ipotnews, Kamis (13/12/2019).
Optimisme dari perusahaan-perusahaan Asia Tenggara untuk menjalankan bisnis ramah lingkungan mencerminkan pertumbuhan dan demografi yang menguntungkan di wilayah tersebut. Secara kolektif,PDB 10 negara-negara gabungan ASEAN mencapai hampir USD 3 triliun pada tahun 2018.
Jumlah itu lebih tinggi dari Inggris, Perancis atau India, dan kawasan ini telah mengalami tingkat pertumbuhan hingga 5% selama beberapa tahun.
Tapi, munculnya sejumlah kasus pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara tidak dapat disangkal mengingat wilayah ini semakin nyata terkena dampak perubahan iklim secara tidak proporsional.
Sebagai contoh, Lloyd memperkirakan bahwa ada risiko kehilangan USD $ 22,5 miliar dari PDB hanya karena dampak bencana banjir di kota-kota Asia Tenggara saja.
Jika dibiarkan tidak terselesaikan, Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa perubahan iklim dapat mengurangi PDB Asia Tenggara sebesar 11% pada akhir abad ini
Matthew Lobner, Head of International and Head of Strategy & Planning, HSBC Asia-Pacific menilai ASEAN merupakan ‘rumah’ bagi beberapa bisnis yang paling optimis di dunia dan perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan tinggi. Mereka sangat menyadari bahwa tujuan bisnis keberlanjutan dan komersial harus berjalan secara bersamaan.
”Melihat perusahaan-perusahaan Asia Tenggara mempunyai minat terhadap SDGs PBB memang menyenangkan, namun harus afa tindakan nyata. Manakala investor dan pemerintah meningkatkan fokus mereka pada bisnis ramah lingkungan, perusahaan pun sekarang harus memberikan fokus pada hal yang sama,” tegas Matthew. (sdk).