KANAL24, Jakarta – Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, meminta masyarakat tidak panik terkait dengan penemuan dua WNI yang positif terjangkit virus corona. Menurutnya publik tidak bersikap berlebihan dengan melakukan pembelian barang-barang kebutuhan pokok, masker dan hand sanitizer secara berlebihan dengan alasan untuk stok di rumah.
“Pemerintah menghimbau masyarakat untuk tidak panic buying karena pasokan bahan pokok cukup. Pemerintah berhati – hati dalam mengambil sikap, silahkan berbelanja namun sesuaikan dengan kebutuhan saja. Panic buying justru merugikan masyarakat karena harga menjadi tidak terkontrol,” ujar Agus dalam konferensi pers di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (3/3/2020).
Meski sudah ada WNI yang terpapar virus corona, pemerintah juga berharap untuk tidak mudah percaya terhadap informasi hoax terkait corona. Publik diminta cerdas dan selalu melakukan crosscek terkait informasi yang banyak beredar melalui media sosial dan jejaring media. “Soal virus corona ini ada banyak informasi yang tidak akurat, jadi kita perlu waspada dan jangan mudah percaya,” sambungnya.
Sementara itu terkait dengan kabar melonjaknya harga-harga komoditas seperti masker dan hand sanitizer, Kemendag menyatakan telah melakukan koordinasi dengan asosiasi peritel dan juga asosiasi produsen untuk memastikan pasokan terjamin. Menurutnya melonjaknya harga masker dan hand sanitizer akibat dari panic buying yang dilakukan masyarakat.
“Berkaitan virus corona Kemendag tidak ada larangan ekspor masker, tapi diimbau agar eksportir memenuhi kebutuhan masker di dalam negeri terlebih dahulu, kita himbau penjual dan distributor tidak menaikkan harga masker. Untuk produk hand sanitazer juga himbaunya sama,” ulas Agus.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey, membenarkan bahwa aksi panic buying akan sangat merugikan masyarakat sendiri. Pihaknya mengamini bahwa saat ini pasokan, stok dan distribusi bahan pokok, perlengkapan kesehatan dasar masih terjamin. Sehingga publik diminta menghentikan aksi borong habis di supermarket atau toko ritel lainnya.
“Kita pastikan bahwa kita serempak untuk menjaga kestabilan harga dan kepastian stok untuk masyarakat. Panic buying ini kita harap tidak berkepanjangan. Dengan koordinasi yang intensif kita komitmen untuk menjaga keutuhan pasar,” kata Roy.
Dia menjelaskan bahwa saat ini aksi panic buying sudah mereda dan menurut catatan laporan sementara saat aksi berlangsung kemarin terjadi peningkatan transaksi rata-rata 10-15 persen. Dengan angka peningkatan ini diklaim masih sangat kecil jika dibandingkan dengan stok atau pasokan dari distributor. Oleh sebab itu Aprindo meminta agar masyarakat yang masih ingin berbelanja berlebihan untuk segera menyudahinya.
Terkait dengan lonjakan harga beberapa komoditas seperti masker dan hand sanitizer, Aprindo menyangkalnya. Dari seluruh anggota asosiasi menyatakan bahwa tidak ada kenaikan harga. Kenaikan harga terjadi pada ritel-ritel atau warung yang bukan dari anggota Aprindo.
“Memang panic buying dari Jakarta lalu sorenya ke Surabaya, setidaknya ada 5-6 kota namun dengan DPD kita berupaya menenangkan masyarakat bahwa tidak perlu panic buying. Soal mekanisme peningkatan harga itu tidak semudah menaikkan harga kaya self seller,” pungkas Roy.(sdk)