KANAL24, Malang – Kemudahan mendapatkan pupuk kimia menjadi faktor utama pemakaian pupuk kimia oleh petani. Dari sekian kelebihan pupuk kimia, kesuburan tanah dan kandungan hara dalam tanah menjadi berkurang. Varian Urea dan NPK terbukti dan dirasakan mujarab dalam meningkatkan produksi pertanian, baik itu untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Penggunaan pupuk kimia terus-menerus juga akan menghasilkan produk pertanian mengandung zat kimia yang mengendap dan menyebabkan penyakit di tubuh manusia. Pupuk organik menjadi salah satu pilihan para petani untuk mengembalikan produktivitas tanah dan meningkatkan hasil produksi pertaniannya.
Hal tersebut menjadi perhatian Tim Doktor Mengabdi Pengembangan Kemitraan (DM-PK) yang diketuai oleh Dr Atiek Iriany (Dep. Statistik, FMIPA UB) berserta anggota Prof Agung Sugeng Widodo (Dep. Teknik Mesin, FT), Dr. Adi Setiawan (Dep. Budidaya Pertanian, FP UB), Dr. Elok Waziiroh (Dep. Ilmu Pangan dan Bioteknologi, FTP UB), Mahmuddin Ridlo, M.T. (Dep Teknologi Industri Pertanian FTP UB) dan Danang Ariyanto, M.Si. (FMIPA) untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Bocek, Karangploso, Kabupaten Malang.
“Kami menaruh perhatian di desa Bocek ini karena mayoritas petani sehingga pengenalan pupuk organik menjadi hal penting untuk pertanian berkelanjutan,” kata Dr. Atiek Iriany melalui keterangan tertulisnya.

Secara topografi Kabupaten Malang dikelilingi pegunungan seperti sisi utara tepatnya di Kecamatan Karangploso, terdapat Gunung Arjuna yang terkenal dengan komoditas pertanian kopi arabika. Beberapa petani kopi Desa Bocek, Kecamatan Karangploso menginisiasi Kelompok Tani dan berkolaborasi UD. Kopi Java Indoensia sebagai buyer hasil panen kopi petani.
Poktan kopi Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang beranggota 20 petani. Bapak Arif Efendi adalah direktur UD. Kopi Java Indonesia membeli kopi hasil petani lereng Gunung Arjuna untuk diproses lebih lanjut menjadi green bean. Berdasar analisis situasi dan permasalahan mitra UD. Kopi Java Indonesia dan Poktan kopi Desa Bocek serta urgensi sertifikasi organik pada pasar Global, tim DM-PK Universitas Brawijaya berdasar pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM UB) melaksanakan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dari Kotoran Hewan pada hari Rabu (29/10/2025) bagi 20 petani kopi di Desa Bocek, Karangploso, Malang.
“Jadi bersama mitra dari UD Kopi Java Indonesia dan Poktan kami sudah menggali beberapa persoalan yang urgen sebelum ahirnya membuat pelatihan ini,” lanjut Atiek.
Langkah awal, Tim DM-PK Menyusun modul sebagai landasan praktis dan sederhana untuk menunjang kegiatan DM-PK di Desa Bocek di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dalam akselerasi komoditas kopi Go Organic. Disela-sela penyampaian materi pelatihan pupuk organik, Adi Setiawan, Ph.D. menjelaskan “Mengingat dampak buruk yang terjadi pada tanaman akibat pemberian pupuk organik yang belum masak sempurna maka diperlukan upaya percepatan pembuatan pupuk organik, sehingga cepat tersedia bagi petani. Salah satu upaya percepatan pembuatan pupuk organik adalah pemberian decomposer dan molases”.

Bahan pembuatan pupuk organik terdiri dari molase (tetes tebu) atau gula merah, EM4 pertanian atau dekomposer lain dan kotoran hewan/ brangkasan jagung/seresah. Setelah penjelasan materi terkait teknik pembuatan pupuk organik, praktik secara langsung dengan pendampingan tim DM-PK UB dilaksanakan sebelum acara pada sore hari terebut diakhiri.
Ketua Tim DM-PK UB Dr. Atiek Iriany menjelaskan, “Penjelasan materi disertai dengan praktik secara langsung oleh petani akan menguatkan pemahaman dan antusiasme untuk mempraktikkan pupuk organik dalam aktivitas pertanian kopi di Desa Bocek. Kami berharap petani kopi dapat terbuka mindset dan secara perlahan mulai menjadi aktor perubahan Go Organic”. Pengembangan kopi tidak bisa terlepas dari stakeholder agroindustri kopi terhimpun dalam rantai pasok pada hulu (on farm) dan hilir (off farm), yaitu mulai dari petani, koperasi atau gabungan kelompok petani (gapoktan), pengolah (processor, roaster), distributor, kedai kopi, akademisi, pemerintah, hingga konsumen. (sdk)










