Kanal24, Malang – Pengembangan kurikulum merdeka atau Outcome-Based Education (OBE) menurut Prof. Dr. Paulina Pannen MLS Kepala ICE Institute Universitas Terbuka harus dikembangkan berdasarkan profil lulusan dan kompetensi yang menjawab kebutuhan pengguna. Pengguna yang dimaksudkan oleh Prof. Dr. Paulina adalah mitra pengguna dari lulusan (alumni) yang bekerjasama dengan institusi dalam hal ini adalah Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
“Asosiasi profesi menjadi salah satu tonggak untuk kita merencanakan kurikulum, sebab asosiasi profesi punya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI),” tuturnya ketika mengikuti Workshop Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester Pada Kurikulum Baru Program Studi Ilmu Perpustakaan, Senin (15/08/2022).
Perbedaan kurikulum merdeka dengan kurikulum sebelumnya atau lama adalah mengenai fleksibilitas matakuliah yang diambil oleh para mahasiswa. Dahulu, Prof. Dr. Paulina menjelaskan matakuliah yang akan diambil oleh mahasiswa dipaketkan mulai dari semester satu hingga seterusnya, sekarang matakuliah yang dipaketkan hanya berupa arahan dan mahasiswa boleh saja berbeda dari arahan yang telah ditetapkan.
Transformasi-transformasi perubahan di dunia kerja akan banyak terbantu dengan robot atau artificial intelligence sehingga pekerjaan-pekerjaan manual akan banyak hilang, terutama di dalam dunia perpustakaan. “Buktinya, sekarang koleksi tidak perlu lagi berbentuk printed material atau bahan cetak, jadi ruang perpustakaan tidak perlu besar-besar cukup kecil saja tapi memiliki koleksi yang besar. Nah, koleksi yang besar itu semua di cloud atau awan. Itu adalah salah satu pekerjaan pustakawan masa depan,” Jelas Prof. Dr. Paulina.
Untuk menyiapkan lulusan-lulusan seperti itu, Prof. Dr. Paulina menyebutkan beberapa penyebab transformasi pembelajaran seperti perubahan kurikulum, perubahan jobs landscape, serta keinginan untuk memberikan pelajaran sepanjang hayat. “ Karena kita tidak mampu membelajarkan dia (mahasiswa) sekelompok mata kuliah ini cukup untuk dia (mahasiswa) selesai dan berkarya. Saat ini pengajuan ilmu pengetahuan sangat cepat. Jadi, apa yang dipelajari dalam 4 -5 tahun bersama kita (Pengajar) itu mudah sekali kadaluarsa karena dia harus mampu terus belajar,” lengkapnya.
Prof. Dr. Paulina memaparkan transformasi belajar mengajar. “Kalau dulu ketersediaan akses belajar hanya dari sekolah sekarang menjadi dari mana saja. Lalu, kalau dulu kita (Pengajar) mengajar sekarang kita belajar bersama-sama mahasiswa,” tuturnya. Kemudian, dia menambahkan, transformasi belajar personal dan sosial itu pun tidak berurutan bahkan sekarang menjadi satu kesatuan. “Sehingga, bagaimana di RPS itu kita bisa menggambarkan bagaimana siswa bisa belajar, siswa bisa bermain atau fun, tetapi dia juga bisa memproduksi sesuatu,” Ungkap Prof. Dr. Paulina (agt)