Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya bersama Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menyelenggarakan Konferensi Pengetahuan Dari Perempuan yang dibuka pada hari Selasa (17/09/2024). Acara ini merupakan konferensi yang keempat kalinya dan bertujuan untuk membahas inovasi dalam pencegahan, penanganan, dan pemulihan korban kekerasan berbasis gender terhadap perempuan.
Maharani Pertiwi K. S.Si., M.Biotech., Ph.D., sebagai Ketua Panitia dan Koordinator Program Studi Kajian Wanita, mengungkapkan bahwa konferensi ini akan berlangsung selama tiga hari, dimulai hari ini dengan tema utama mengenai inovasi untuk pencegahan kekerasan berbasis gender. “Acara ini melibatkan pembicara internasional dan lokal yang ahli di bidangnya, termasuk dari Komnas Perempuan, Universitas Brawijaya, Universiti Malaya, serta UN Women,” jelas Maharani.

Hari pertama konferensi dimulai dengan sesi pembukaan yang diikuti oleh presentasi panel dari berbagai pembicara. Panel ini mencakup dua sesi dengan masing-masing tiga pembicara. Di antaranya adalah Dr. Johan dari Universiti Malaya yang merupakan ahli psikologi, serta perwakilan dari forum pengadilan dan UN Women. Selain itu, peserta juga akan diundang untuk mengunjungi pameran dan marketplace yang diadakan di luar ruangan, serta sesi olahraga yang bertujuan untuk merangsang keterlibatan dan kebugaran peserta.
Latar belakang acara ini adalah meningkatnya kasus kekerasan berbasis gender di Indonesia. Maharani menjelaskan, “Sebagai universitas yang berkomitmen pada penelitian dan pendidikan, kami berusaha mencari inovasi untuk mengatasi masalah ini. Kami berharap dengan konferensi ini, kita bisa menemukan solusi yang efektif dan kolektif untuk mengurangi angka kekerasan berbasis gender, terutama terhadap perempuan.”

Selama tiga hari konferensi, ada serangkaian acara yang meliputi diskusi panel, presentasi dari 60 peserta yang terpilih dari lebih dari 500 abstrak yang dikirimkan, serta sesi diskusi dan rekomendasi. Hari kedua akan diisi dengan diskusi panel yang terbagi dalam empat kelas dan tiga sesi, di mana totalnya ada 12 kelas yang akan membahas berbagai solusi potensial untuk permasalahan kekerasan berbasis gender.
Pada hari ketiga, rangkuman dari diskusi akan disusun dan rekomendasi akan disampaikan kepada pemerintah dan pihak terkait. “Harapannya, rekomendasi yang kami hasilkan dapat menjadi dasar untuk kebijakan yang lebih baik dan solusi berbasis studi yang efektif dalam menangani kekerasan berbasis gender,” tambah Maharani.
Konferensi Pengetahuan Dari Perempuan ini tidak hanya menjadi ajang berbagi pengetahuan, tetapi juga merupakan langkah konkret dalam upaya menciptakan perubahan positif bagi perempuan di Indonesia dan di seluruh dunia. (nid/una)