KANAL24, Malang – Pengolahan lahan pertanian saat ini perlu didukung dengan kemajuan teknologi. Hal ini sebagai salah satu langkah agar pengelolaan pertanian bisa lebih terkontrol dengan hasil yang lebih baik. Adanya satu sistem teknologi yang bisa untuk mengontrol tanaman menjadi pemikiran sekelompok Dosen UB yakni Eka Maulana, ST, MT, MEng, Tri Wahyu Nugroho, SP. M.Si., Waru Djuriatno, ST, MT dengan ketua tim Dr. Herman Suryokumoro mengembangkan Integrated Smart Agriculture Monitoring System (ISAMS) atau Sistem Monitoring Pertanian Cerdas Terpadu yang menerapakan teknologi elektronik dan internet untuk proses pemantauan secara langsung kondisi lahan tanam mengacu pada precission agriculture.
“ Secara sains ada beberapa parameter yang dapat dipantau dari lahan tanam seperti kelembaban tanah, kelembaban udara, suhu, intensitas cahaya dan kondisi linkungan sekitar. ISAMS dapat digunakan untuk memantau parameter tersebut dari smartphone lewat internet,” kata Tri Wahyu Nugroho salah satu tim kepadakanal24.co.id Sabtu (5/12/2020).
ISAMS lanjut Wahyu telah diuji dilapangan dengan tingkat pengukuran yang presisi dan real time berdasarkan kondisi di lapangan secara langsung. Data hasil pengukuran dapat dipantau langsung melalui layanan web bersasarkan node dan data masing-masing sensor pada lahan pertanian di Dau dan Cangar.
“Salah satu kelebihannya tidak hanya petani, data pantuan ini juga dapat diakses oleh konsumen atau pihak lain sebagai bahan. Tapi utamanya bagi petani data ini sangat bagus untuk mengambil keputusan,” lanjutnya.
Tim yang dikomandani oleh Dr. Herman Suryokumoro ini merilis sistem ISAMS dapat diterapkan pada berbagai jenis pertanian seperti tanaman obat (gingseng, purwaceng, jenis akar rimpang), tanaman hias (hokyantea, serut, santigi, tanaman bunga), sayuran (bawang, slada, sawi, bayam), buah (melon, apel, strowberi, jeruk), tanaman pangan (padi, jagung, gandum), tanaman holtikultura lainnya
ISAMS dapat diterapkan pada lahan terbuka (sawah, kebun, ladang), sistem greenhouse dengan tanah ataupun dengan sistem pertanian urban farming (hidroponik, aeroponik, aquaponik). Parameter yang diukur dalam sistem pertanian tersebut dapat disesuaikan dengan jenis media tanam, jenis tanaman atau jangka waktu panen. Pola pengukuran dan pengiriman data dapat diatur sesuai dengan protokol komunikasi data yang diinginkan sesuai kapasitas memory.
Pada urban farming, ISAMS sangat cocok digunakan pada lahan dan sumber air yang minim. Dengan memantau kondisi parameter tanah, kebutuhan air dapat dioptimasi berdasarkan jenis tanaman dan tingkat kelembaban tanah. Satu alat dapat mengkover area sekitar sepuluh meter persegi, sehinga dengan jumlah lahan yang tersedia dapat dibagi dengan luasan jangkauan untuk menentukan jumalah alat ISAMS yang dapat diterapkan secara masif.
“Kami sudah mencoba pada pertanian kebun Melon yang dikembangkan dengan alat ini telah menghasilkan 1,5 ton pada lahan 300 m2 dalam waktu tiga bulan< pungkas Wahyu. (sdk)