Kanal24, Malang – Permasalahan sampah merupakan isu penting dan telah menjadi permasalahan nasional. Timbunan sampah yang terus bertambah dan tidak terkelola dengan baik menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan. Komposisi sampah berdasarkan sumber sampah pada tahun 2023, menunjukkan bahwa sektor rumah tangga merupakan kontributor terbesar sampah dengan jenis sampah organik.
Menyadari pentingnya pengelolaan sampah tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya (UB) melakukan pelatihan bagi warga RT 05 RW 12 Griya Shanta untuk mengubah sampah organik menjadi eco-enzyme dan sabun ramah lingkungan.
Tim pengabdian yang diketuai oleh Dr. Dini Atikawati, S.Pd., M.Sc., bersama anggota tim Bunga Hidayati, S.E., M.E., Ph.D, Wresti Listu Anggayasti, Ph.D, dan Fitri Candra Wardana, S.E., M.Acc., Ph.D, bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah organik rumah tangga.
“Sampah rumah tangga, khususnya sampah organik, dapat diolah menjadi eco-enzyme yang memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai bahan dasar pembuatan sabun,” kata Dr. Dini saat memberikan pelatihan pada Minggu, (6/10/2024).
Acara ini dihadiri oleh 22 anggota PKK setempat dan dibuka oleh Ketua PKK RT, Pera, yang menyampaikan apresiasi atas inisiatif kegiatan tersebut. “Saya harap ibu-ibu dapat memperhatikan dan mempraktikkan ilmu ini di rumah masing-masing. Pengelolaan sampah adalah hal yang sangat penting untuk lingkungan kita,” ujar Pera.
Dalam pemaparannya, Dr. Dini menjelaskan bahwa eco-enzyme merupakan cairan hasil fermentasi sampah organik seperti sisa buah atau sayuran, gula, dan air. “Ibu-ibu adalah garda terdepan dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Dengan membuat eco-enzyme, kita dapat membantu mengurangi sampah sekaligus menciptakan produk bermanfaat seperti pupuk cair, sabun, dan pembersih rumah tangga,” jelas Dr.Dini.
Lebih lanjut, Dr. Dini menekankan bahwa eco-enzyme dikenal sebagai cairan sejuta manfaat. “Eco-enzyme ini dapat digunakan sebagai pupuk cair, pengusir serangga, pembersih lantai, sabun, shampoo, hingga detergen. Namun, cairan ini harus diencerkan karena memiliki tingkat keasaman (pH) di bawah 4,0 yang bersifat asam kuat. Produk olahan eco-enzyme memiliki nilai ekonomi tinggi dan bisa menjadi peluang usaha. Kita bisa menyulap sampah organik menjadi berkah melalui eco-enzyme,” pungkasnya.
Pelatihan ini mendapat antusiasme tinggi dari peserta, yang mengajukan banyak pertanyaan, termasuk mengenai keamanan eco-enzyme. “Eco-enzyme ini tidak boleh diminum, meskipun aromanya segar seperti minuman fermentasi,” tegas Dr. Dini.
Setelah sesi pembuatan eco-enzyme, pelatihan dilanjutkan dengan pembuatan sabun padat berbahan dasar eco-enzyme. Dua peserta dipilih untuk melakukan praktik langsung pembuatan sabun di bawah bimbingan tim pengabdian.
Salah satu anggota PKK menyatakan harapannya agar kegiatan serupa bisa diadakan secara rutin hingga tingkat RW. “Pelatihan ini sangat bermanfaat. Kami berharap ada sesi pelatihan lain, misalnya tentang pembuatan produk personal care ramah lingkungan,” katanya.
Dr. Dini menegaskan bahwa pelatihan seperti ini akan terus dilakukan dengan topik-topik terkait pengelolaan lingkungan lainnya. “Kami berharap ibu-ibu bisa mengelola sampah secara mandiri dari rumah dan membantu mewujudkan zero waste,” pungkasnya.(din)