Kanal24, Malang — Universitas Brawijaya (UB) terus memperkuat komitmennya sebagai kampus inklusif dengan menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, setara, dan bebas diskriminasi. Berlandaskan prinsip Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI), UB mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam kebijakan akademik, manajerial, dan pengembangan sumber daya manusia.
Rektor UB, Prof. Dr. Ir. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., menegaskan pentingnya kesetaraan gender sebagai bagian dari pondasi utama dalam menciptakan iklim akademik yang adil dan bermartabat.
“UB berkomitmen menjadi ruang aman dan setara bagi semua. Kami percaya bahwa keberagaman adalah kekuatan, dan inklusivitas merupakan syarat utama bagi terciptanya inovasi, keadilan, dan kemajuan dalam dunia pendidikan,” ujarnya.
Satgas PPKS dan Layanan Konseling untuk Mahasiswa
Dalam beberapa tahun terakhir, UB telah menginisiasi langkah konkret dengan membentuk Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) serta Unit Layanan Terpadu Perlindungan Perempuan (ULTKSP). Unit ini berfungsi sebagai pusat aduan dan pendampingan bagi korban kekerasan berbasis gender dan perundungan.
Kepala Pusat Konseling Pencegahan Kekerasan Seksual dan Perundungan UB, Ulifa Rahma, S.Psi., M.Psi., menjelaskan bahwa layanan konseling yang tersedia telah membantu ratusan mahasiswa setiap tahunnya. “Layanan ini terbuka untuk berbagai permasalahan, mulai dari akademik, keluarga, relasi, karier, minat bakat, hingga kasus kekerasan dan perundungan. Konseling bisa dilakukan secara tatap muka maupun daring dengan psikolog, psikiater, konsultan hukum, atau peer counselor,” jelasnya.
Sejak didirikan pada 2017, layanan ini mencatat rata-rata 600 hingga 800 mahasiswa yang terbantu setiap tahunnya. Ulifa menekankan pentingnya keberanian untuk mencari pertolongan sebagai langkah awal pemulihan.
“Mencari pertolongan bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk kekuatan,” tegasnya.
Selain itu, UB juga rutin mengadakan pelatihan psikoedukasi seperti Psychological First Aid dan pembekalan peer counselor guna mendukung kesehatan mental mahasiswa secara menyeluruh.
Fasilitas Inklusif untuk Mahasiswa Difabel
Melalui Subdirektorat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusif (SLDPI), UB menyediakan layanan khusus bagi mahasiswa difabel untuk memastikan akses pendidikan yang setara. Dukungan yang diberikan meliputi penyediaan juru bahasa isyarat, teknologi bantu, peer-support, hingga layanan transportasi khusus di area kampus.
“Kami memastikan semua mahasiswa memiliki akses yang sama terhadap bahan ajar, sarana akademik, dan lingkungan fisik yang ramah disabilitas,” kata Ketua Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB, Zubaidah Ningsih AS., Ph.D.
Selain pendampingan akademik, SLDPI juga memfasilitasi digitisasi buku dan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa difabel. Tak hanya itu, pelatihan literasi disabilitas rutin diadakan untuk meningkatkan kesadaran sivitas akademika tentang pentingnya keberagaman dalam dunia pendidikan.
Menciptakan Lingkungan Kampus Inklusif
Dengan mengintegrasikan prinsip GEDSI dalam layanan dan kebijakan, UB tidak hanya menciptakan lingkungan yang inklusif, tetapi juga memposisikan mahasiswa sebagai subjek pembelajar yang aktif dan berdaya saing. Inisiatif ini menjadi bukti nyata bagaimana keberagaman dapat mendorong inovasi dan keadilan sosial di lingkungan akademik.
Untuk informasi lebih lanjut, layanan dan program inklusif UB dapat diakses melalui laman resmi masing-masing unit seperti https://konseling.ub.ac.id dan https://pld.ub.ac.id.(Din)