KANAL24, Surabaya – Universitas Airlangga (UNAIR) melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat dan Bina Usaha (LPMB) berkolaborasi dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan Workshop “Menata Hilir Brantas: Penyusunan Roadmap Rencana Aksi Pengelolaan DAS Brantas dalam Mendukung SDG 6”, Senin (24/11/2025) di lantai 4 Gedung ASEEC Tower UNAIR, Kampus B.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian Masyarakat Kolaborasi Indonesia (PMKI) Tahun 2025 bertajuk “Implementasi Teknologi Hijau dan Penguatan Sinergi Masyarakat, Industri, dan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Berkelanjutan DAS Brantas Bagian Hilir”. Program tersebut menekankan pentingnya kolaborasi lintas perguruan tinggi, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air di kawasan hilir Sungai Brantas.
Direktur LPMB UNAIR, Prof. Hery Purnomobasuki, M.Si., Ph.D., bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur membuka langsung kegiatan workshop. Dalam sambutan pembukaannya, Prof. Hery menegaskan bahwa pengelolaan DAS Brantas yang terencana dan terpadu menjadi kunci untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 6, yaitu akses air bersih dan sanitasi layak bagi semua.
“DAS Brantas yang terkelola dengan terencana menjadi kunci untuk mewujudkan SDG 6 yaitu akses air bersih dan sanitasi yang layak,” jelas Prof. Hery.
Baca Juga : Peran Ahli Gizi Tak Tergantikan di Program MBG
Tiga narasumber utama hadir, yakni Dr. Nurina Fitriani, S.T. (Universitas Airlangga), Prof. Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE., M.Sc., Ph.D. (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), serta Dr. Ir. Runi Asmaranto, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng. (Universitas Brawijaya). Mereka memaparkan berbagai aspek pengelolaan DAS Brantas hilir, mulai dari infrastruktur pendukung, pengolahan sampah dan air limbah, hingga pendekatan sosial di kawasan bantaran sungai.
Sesi pertama membahas infrastruktur pendukung pengelolaan DAS terpadu di kawasan hilir Brantas, yang menyoroti kebutuhan peningkatan sarana prasarana pemantauan kualitas air, pengendalian banjir, serta sistem drainase berwawasan lingkungan. Sesi kedua berfokus pada pengelolaan sampah dan air limbah di hilir Brantas sebagai strategi konservasi sumber daya air, yang menekankan integrasi teknologi hijau dalam sistem pengolahan limbah domestik maupun industri.
Memasuki sesi ketiga, peserta diajak mendalami permasalahan sungai dan pendekatan masyarakat bantaran di Jawa Timur. Diskusi menyoroti pentingnya perubahan perilaku, penguatan kelembagaan komunitas, dan dukungan regulasi agar masyarakat di sepanjang bantaran sungai dapat menjadi garda terdepan penjaga kelestarian DAS Brantas. Rangkaian sesi diakhiri dengan penyusunan rencana aksi dan presentasi hasil oleh perwakilan Dinas Lingkungan Hidup kabupaten/kota di kawasan hilir Brantas, seperti Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan, Surabaya, Lamongan, dan Gresik.
Melalui proses diskusi dan lokakarya tersebut, tersusun draft roadmap rencana aksi tahunan yang memuat langkah-langkah konkret DLH kabupaten/kota, mulai dari penguatan regulasi, implementasi teknologi pengolahan air limbah, program edukasi masyarakat, hingga skema kemitraan dengan industri di sepanjang hilir Brantas. Roadmap ini diharapkan menjadi panduan bersama dalam mewujudkan pengelolaan DAS Brantas hilir yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Workshop ditutup dengan refleksi peserta dan sesi foto bersama. Kolaborasi UNAIR, ITS, dan UB ini diharapkan menjadi model sinergi perguruan tinggi dalam menjawab isu strategis lingkungan hidup di daerah, sekaligus kontribusi nyata dunia akademik Indonesia terhadap pencapaian agenda global SDGs.(sdk)










