KANAL24, Malang – Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto, Ph.D mengatakan ada 3 poin dalam proses penguatan Pendidikan Tinggi Vokasi, yaitu lulusan mahasiswanya harus terserap di dunia kerja, program merdeka belajar harus berjalan, dan riset yang dilakukan oleh pendidikan vokasi harus bermanfaat bagi masyarakat, stakeholder maupun Pemerintah. Hal ini disampaikan pada Rapat Kerja Daring Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia, jumat (22/5/2020).
Selain itu, Wikan juga menyampaikan strategi pendidikan vokasi dalam menghadapi pandemi Covid-19, yakni:
1. Pendidikan vokasi harus lebih adaptif dengan kondisi baru, melakukan riset dan pengabdian berdasarkan kondisi nyata.
2. Melakukan inovasi kurikulum.
3. Melakukan branding dengan publikasi karya dijurnal, mengupdate informasi dan keilmuan di media massa dan media sosial. Lalu, penting untuk berkolaborasi dengan fakultas lain untuk inovasi tanggap pandemi.
4. Link and match dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dan praktisi DUDI (CEO).
5. Berkaitan dengan kampus merdeka, magang yang dilakukan mahasiswa vokasi harus menghasilkan softskill baru dan sertifikasi kompetensi yang diakui oleh DUDI.
6. Sumber Daya Manusia (dosen) harus mengupdate informasi dan ilmu ke media massa dan sosial. Mengikuti training dosen, join research, magang, dan mengikuti program retooling.
7. Memperbaharui Regulasi dan peraturan (kurikulum, akreditasi, pendirian prodi, dsb).
Pada raker daring ini, Wikan berharap ada rekognisi antara prestasi dan komunikasi. Rekognisi ini membantu penilaian atau persepsi masyarakat, sehingga Pendidikan Vokasi bisa menjadi primadona anak-anak untuk melanjutkan pendidikannya.
“Dunia industri telah memberi perhatian lebih kepada pendidikan vokasi. Ini sinyal bagus, industri diuntungkan karena akan mendapat tenaga kerja yang kompeten dan lebih siap kerja. Oleh karena itu, kita harus yakin kalau Pendidikan Vokasi itu istimewa,” tandasnya.(meg)